Liputan6.com, Washington - Seorang pria sukses relakan karir dunia mode untuk hidup bebas. Namun kelakuannya kini tengah mendapatkan sorotan media.
Warga New York, Foster Huntington itu kini tengah disorot atas keberhasilannya membuat dua rumah pohon yang terhubung dengan jembatan tali di atas lahan hijau di barat daya negara bagian Washington.
Petualangannya bermula pada tahun 2011, ketika Foster berhenti dari pekerjaannya di Ralph Lauren. Lalu menjual semua yang ia punya dan hidup di mobil selama berbulan-bulan.
Advertisement
Di Ralph Lauren, ia bekerja sebagai desainer mode pria. Meski mengaku pekerjaannya menyenangkan dan menantang, Foster menyadari dia tak terlalu peduli dengan pakaian.
"Aku ingat melihat-lihat foto pilot pesawat kecil di Alaska dengan gaya mereka, dan aku tiba-tiba saja berpikir,'aku bisa berkarir sebagai fotografer.' Aku tak mau hidup di kota. Aku mau melakukan sesuatu yang lain," ungkapnya kepada New York Times.
Dengan pemikiran itu, Foster masuk ke dunia fotografi untuk sementara waktu. Namun pada tahun 2014, ia memutuskan untuk menghabiskan hidupnya mewujudkan cita-cita semasa kecil, dengan membangun rumah pohon.
Ia pun menguras tabungannya, mengajak beberapa teman dan mulai mengerjakan proyek di atas properti keluarganya di Skamania, Washington.
"Aku telah menyisihkan sejumlah uang dan selalu ingin membuat rumah pohon. Dan aku memutuskan untuk terjun dan melakukannya," cerita Foster kepada ABC News.
Baca Juga
"Kami sering habiskan waktu di properti keluargaku untuk berkemah. Pepohonan di situ sangat bagus dan sepertinya cocok jika dibuat rumah pohon. Aku hubungi sahabat kuliah yang kebetulan kini bekerja sebagai tukang kayu dan desainer. Setelah itu kami langsung mulai melakukan perencanaan."
Dikutip dari Oddity Central, Kamis (17/2/2016), keduanya kemudian menghubungi beberapa teman sampai pada akhirnya mendapatkan 20 orang untuk membangun rumah pohon tersebut.
"Pada 2014 kami mulai memasang baut ke pepohonan," ungkap Foster.
Awalnya mereka belum memiliki rencana matang, tapi mereka melakukan improvisasi selagi dalam perkembangan.
"Selama pembangunan, masalah selalu datang dan kami harus mencari solusi. Itu merupakan pengalaman trial and error, tapi itu bagian menyenangkan dari konstruksi."
Pada akhirnya, mereka berhasil membangun dua rumah menghadap ke jacuzzi dan arena skateboard. Kedua rumah berukuran kurang dari 18,5 meter persegi, di atas ketinggian 6 meter dan 9,1 meter dari permukaan tanah.
Foster kini tinggal dan bekerja di dalam rumah pohon tersebut. Sementara salah satu rumah ia jadikan studio, dan yang kedua bernama 'Octagon' adalah ruang tidurnya.
Sementara itu, rumah ibunya yang berada 30 km dari lokasi, digunakan Foster sebagai sumber listrik dan air.
Sebagai seorang fotografer, Foster melakukan dokumentasi terhadap proses pembangunan. Ia berencana untuk menggunakan foto-fotonya untuk membuat buku berjudul The Cinder Cone.
Foster juga membuat kampanye Kickstarter pada tahun 2015 untuk dana buku tersebut, dan kini telah mendapatkan US$ 80.000 dari 1.951 pendukungnya.
"Sejak rumah selesai dibangun, aku sedang mengatur foto-foto, gambar dan catatan ke dalam buku," tulis pria berusia 27 tahun melalui laman Kickstarter.
"Anggap saja ini sebagai buku manual, buku kumpulan foto dan buku tentang rumah-rumah kecil jadi satu. Tujuanku adalah untuk membuat buku yang memperlihatkan sebuah proses dari mewujudkan mimpi hingga hasil akhir, setelah bekerja keras selama ribuan jam, serta pengalaman yang terjadi diantaranya. Aku berharap hasil ini dapat memberikan inspirasi kepada banyak orang untuk membuat proyek sendiri."
"Aku bisa saja beli rumah," ungkapnya. Tapi ini lebih menyenangkan. Bagiku, ini mewujudkan mimpi-mimpi masa kecilku."
Inilah sejumlah jepretan Foster yang didokumentasikan dalam bentuk video ketika membangun rumah pohon.