Liputan6.com, Jakarta Kunjungan kenegaraan bersejarah Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama ke Kuba akhirnya dipastikan Gedung Putih. Kedua negara ini sebelumnya dikenal kerap berseteru.
Selain dipastikan Gedung Putih, pernyataan ini juga disampaikan langsung Obama melalui akun Twitter-nya.
Baca Juga
"Bulan depan saya akan mengunjungi Kuba. Ini dilakukan sebagai upaya kita memajukan kehidupan warga Kuba," ucap Obama dalam Twitter-nya, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (19/2/2016).
Advertisement
Dalam pernyataan resminya, senada dengan Obama, Gedung Putih berharap lawatan orang nomor satu di AS ini dapat mengubah negara komunis itu lebih baik lagi. Untuk itu, AS menyatakan siap mengawal perubahan Kuba.
Baca Juga
Perubahan itu, menurut Gedung Putih, dapat dilakukan dengan sejumlah cara. Salah satunya dengan memperluas akses internet dan membuka kesempatan bisnis bagi pengusaha AS di Kuba maupun sebaliknya.
Di Havana nanti Obama akan dihadapkan jadwal padat, termasuk bertemu Presiden Kuba Raul Castro.
"Ia akan bertemu sejumlah pembangkang (AS), tokoh masyarakat dan warga Kuba yang menentang kebijakan pemerintah," ucap Deputi Penasihat Keamanan Nasional AS, Ben Rhodes.
Meski dipastikan bertemu tokoh penting masyarakat dan pemerintahan Kuba, Obama belum dijadwalkan bertemu pemimpin revolusi, Fidel Castro.
Lawatan Obama ke Kuba direspons Kementerian Luar Negeri negara tersebut. Direktur Urusan Amerika Serika Kemenlu Kuba, Josefina Vidal menyatakan ketika Obama datang sejumlah masalah yang menjadi kekhawatiran kedua negara akan dibicarakan.
"Berbagai topik siap Kuba bicarakan dengan AS, termasuk soal HAM," ucap Vidal.
Dia menambahkan, masalah penting yang siap dibahas kedua negara adalah keinginan dikembalikannya penjara Guantanamo ke pemerintah Kuba, ditariknya embargo ekonomi sebelum normalisasi benar-benar terwujud.
AS diketahui telah menjatuhkan embargo ekonomi kepada Kuba selama 50 tahun lebih. Tindakan Negeri Paman Sam dibalas Kuba dengan menyebarkan propaganda anti-Washington ke warganya.
Tahun lalu, salah satu fokus kebijakan luar negeri AS adalah memperbaiki hubungannya dengan Kuba. Misi AS tersebut dinilai berhasil.
Agustus 2015, Kedutaan AS di Havana kembali dibuka. Rencananya beberapa penerbangan komersial dari AS ke Kuba juga akan dioperasikan.
AS dan Kuba selama lebih dari setengah abad terlibat perseteruan. Terakhir Presiden AS yang melakukan kunjungan kenegaraan ke Kuba adalah Calvin Coolidge pada 1928.