Liputan6.com, Mali - Zaman dahulu kala, Mali adalah kesultanan yang makmur. Sang Raja, Mansa Musa bahkan dijuluki sebagai orang terkaya sepanjang masa.
Ketika sang sultan menunaikan ibadah haji ke Mekah, menurut ahli sejarah Arab, ia membelanjakan begitu banyak emas sehingga harga logam mulia itu turun hingga 6 dirham perak.
Baca Juga
Setelah Mansa Musa mangkat, muncul raja-raja baru, salah satunya Abu Bakr II. Namun takhta dan harta tak memikat sultan yang berkuasa pada Abad ke-14 itu. Ia melepas semuanya demi memenuhi impiannya menjelajahi samudra.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Ancient Origins pada Selasa (22/2/2016), ahli sejarah Suriah, al-Umari, yang bertemu dengan Musa di Kairo, mengatakan bahwa penguasa Mali itu menyerahkan takhtanya supaya bisa mengarungi Samudera Atlantik.
Kisah Abu Bakr menurut keturunannya
Hanya sedikit hal yang diketahui tentang kehidupan Abu Bakr dan satu-satunya catatan tertulis tentangnya berasal dari karya al-Umari. Catatan itu sendiri merupakan cerita yang berasal dari anaknya, Musa, dan lebih tentang bagaimana Musa naik tahta.
Salah satu pembicaraan antara Musa dan al-Umari berbunyi demikian,
“Abubakar mengisi 200 perahu dengan orang-orang, dan jumlah yang sama diisi emas, air, dan perbekalan, cukup untuk mereka bertahan bertahun-tahun… mereka berangkat dan sudah lama belum kembali. Kemudian satu perahu kembali dan kami bertanya kepada sang kapten tentang apa yang dibawa.
Ia mengatakan, "Ya, oh Sultan, kami berkelana lama hingga di sana terlihat di laut lepas sebuah sungai berarus deras… kapal yang lain terus berjalan, tapi ketika mereka tiba di sana, mereka tidak kembali dan tidak ada lagi yang kelihatan… sedangkan saya, saya hendak mencoba tapi tidak memasuki sungainya.’
Sultan menyiapkan 2.000 kapal, 1.000 bahtera untuknya dan kaum lelaki dan sisanya untuk air dan perbekalan. Ia mengarahkanku memasuki Samudera Atlantik bersama dengan orang-orangnya. Itulah terakhir kalinya kami melihat beliau dan mereka yang bersama dengan dia. Dengan begitu, saya berhak menjadi raja.”
Tujuan kisah ini sebenarnya untuk menjelaskan bagaimana Musa naik takhta Kesultanan Mali dan dimulainya penguasa baru, namun fokus di zaman modern lebih kepada tindakan Abu Bakr.
Jika kalimat Musa dan al-Umari dapat diandalkan, maka pengunduran diri Sultan dan perjalanannya ke Samudera Atlantik bisa dipandang sebagai hal yang memang terjadi. Kisah ini tidak ditemukan di sumber Afrika atau Arab mana pun, kecuali melalui tradisi cerita.
Perjalanan ke Dunia Baru?
Namun demikian, ada sejumlah pihak yang tak puas hanya dengan selesainya cerita dari al-Umari dan memilih menggali kisahnya lebih jauh.
Selain sekedar berlayar di Samudra Atlantik, Abu Bakr diduga telah menyeberangi badan air dan bahkan tiba di benua Amerika. Ada bukti yang ditengarai mendukung pengakuan tersebut.
Nama-nama sejumlah tempat pada peta kuno, misalnya, disebut-sebut membuktikan bahwa Abu Bakr dan rombongannya telah mendarat di dunia baru.
Orang-orang Mali disebut-sebut memberi nama sejumlah tempat yang merujuk kepada diri mereka sendiri, misalnya Pelabuhan Mandinga, Teluk Mandinga, dan Sierre de Mali.
Namun demikian, tempat-tempat pastinya masih belum jelas. Beberapa sumber merujuk kepada Haiti, sedangkan lainnya menyebut itu kawasan Meksiko.
Argumen lain yang berkembang adalah bahwa benda-benda logam dari Afrika Barat ditemukan oleh Columbus ketika ia tiba di benua Amerika. Kabar kala itu menyebutkan Columbus melaporkan telah mendapatkan benda-benda logam yang berasal dari Afrika Barat yang diberikan oleh pribumi Amerika.
Sumber lain menyebutkan bahwa analisa kimia pada ujung emas di tombak-tombak yang ditemukan oleh Columbus di benua Amerika, menunjukkan bahwa emas itu kemungkinan berasal dari Afrika Barat.
Sejumlah contoh lain terkait dugaan kehadiran orang-orang Mali di Dunia Baru itu juga disebutkan terlihat dari kerangka, tulisan, bangunan yang berbentuk mirip mesjid, analisa kebahasaan dan ukiran-ukiran yang menggambarkan orang Mali.
Namun demikian, bukti-bukti itu tidak sepenuhnya meyakinkan dan sumber-sumber yang menyebutkannya tidak memberikan informasi atau rujukan tambahan untuk mendukung pengakuan mereka.
Misalnya, daripada sekedar menyebutkan nama-nama yang diberikan oleh orang Mali pada peta-peta kuno, tentu lebih meyakinkan jika diberikan contoh terpercaya ‘peta-peta kuno’ yang dimaksud.
Bukti-bukti yang ada tentang perjalanan Abu Bakr ke benua Amerika tidak meyakinkan atau kemungkinan malah tidak ada, sehingga sepertinya tidak mungkin penguasa Mali itu telah mencapai Dunia Baru melalui perjalanannya melintasi Samudra Atlantik.