Sukses

NASA: Meteor Berkekuatan Bom Hiroshima Meledak di Atas Atlantik

Meteor dengan besar 7 meter tersebut jatuh di Samudra Atlantik dan menimbulkan ledakan besar.

Liputan6.com, Samudra Atlantik - Pada 6 Februari 2016 pukul 14.00, sebuah meteor jatuh di Samudra Atlantik, 1.000 km dari pantai Brasil.

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) melaporkan meteor dengan ukuran 7 meter tersebut menimbulkan ledakan besar.

Kendati demikian, jatuhnya 'batu berapi' itu nyaris tak terdengar. Tapi bukan berarti itu tak berbahaya.

Meteor tersebut mengeluarkan energi yang setara dengan 13.000 ton bom TNT. Itu serupa dengan kekuatan bom atom yang meledak di Hiroshima pada 1945.

“Dampak dari jatuhnya meteor di Samudra Atlantik ini sangat kecil”, tulis Plait dalam blognya, seperti yang dikutip oleh Daily Mail pada Senin (22/2/2016).

“Jika meteor itu jatuh di pemukiman padat penduduk, hal tersebut dapat menggetarkan beberapa jendela dan mungkin banyak orang akan ketakutan. Tapi saya rasa hal itu tak akan menimbulkan dampak yang parah.”

Sebelumnya, pada Februari 2013, meteor berkekuatan besar juga meledak di Chelyabinsk, Rusia, mengakibatkan lebih dari 1.600 orang terluka. Meteor tersebut berukuran 18 meter dan menghantam bumi dengan kecepatan 66.948 km/jam.

Meteor yang menghantam Chelyabinsk mengeluarkan energi yang setara dengan 500.000 bom TNT, 40 kali lebih besar dari meteor yang jatuh di Samudra Atlantik.

Menanggapi peristiwa jatuhnya meteor di Samudra Atlantik, salah satu pekerja NASA, Ron Baalke, memperkirakan bahwa meteor tersebut berukuran 5 sampai 7 meter. Namun, menurutnya tidak semua orang dapat melihatnya. Kemungkinan pihak militer yang telah merekam ledakan itu.

“Jatuhnya meteor seperti itu terjadi beberapa kali dalam setahun, dan sebagian besar tidak terlihat," ujar Plait.

Danau Chebarkul, salah satu tempat yang terkena serpihan meteor yang jatuh di Chelyabinsk, Rusia pada 2013 (Foto: reuters.com)

NASA melacak ada sekitar 12.992 Near-Earth Object, benda-benda luar angkasa yang terpengaruh oleh gravitasi bumi dan biasanya terdiri dari asteroid, meteroid, dan komet, telah ditemukan mengorbit dalam sistem tata surya kita dan dekat dengan orbit Bumi. Di antara 1.607 kasus diklasifikasi sebagai asteroid yang berpotensi membahayakan.

Bulan September lalu Manajer Near-Earth Object NASA di Jet Propulsion Laboratory Pasadena, Paul Chodas, mengatakan, “Tidak ada bukti bahwa asteroid atau benda langit lainnya terdapat pada lintasan dan akan berdampak ke Bumi.”

“Bahkan tidak ada satu pun benda-benda yang terlacak memiliki kesempatan untuk menghantam Bumi pada satu abad ke depan.” ujar Paul.

Menurut badan antariksa, salah satu asteroid yang diberi nama 2013 TX68, tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi, namun kemungkinan dapat sangat dekat dengan permukaan Bumi, walaupun kesempatan ini sangat rendah.

Asteroid 2013 TX68 diperkirakan memiliki ukuran 30 meter. Jika menghantam bumi, asteroid itu akan mengeluarkan energi dua kali lebih besar dari meteor yang jatuh di Chelyabinsk.