Sukses

Fakta Ilmiah di Balik Si Muka Jutek

Beberapa pesohor Hollywood, seperti Kanye West dan Kristen Stewart diberi gelar raja dan ratu jutek.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah orang memiliki wajah jutek atau judes. Karena itu, mereka sering dianggap marah atau tak ramah.

Wajah mereka tak kelihatan gembira ketika sedang senang, relatif datar, tanpa ekspresi.

Beberapa pesohor Hollywood, seperti Kanye West dan Kristen Stewart diberi gelar raja dan ratu resting bitch face -- si muka jutek.

Beberapa peneliti akhirnya memutuskan mendalami ilmu di balik fenomena yang sering dialami oleh para perempuan itu. Hasilnya pun mengejutkan.

Seperti yang dilaporkan Washington Post dan dilansir oleh News.com.au (3/2/2016), Jason Rogers dan Abbe Macbeth, dari Noldus Information Technology, Belanda, berusaha menjawab mengapa wajah jutek ini dilihat sebagai wajah tanpa ekspresi.

Ada pula anggapan lain yang berkata bahwa muka ini dianggap sebagai rona muram.

Mereka menggunakan alat berteknologi tinggi yang dapat membaca ekspresi manusia. Alat itu memetakan dan menganalisis 500 titik di wajah sebagai acuan dari delapan emosi dasar: bahagia, sedih, marah, takut, kaget, jijik, menghina, dan netral.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Rogers dan Macbeth menemukan, orang dengan wajah jutek sebesar 97 persen emosinya memang netral. Sementara 3 persen sisanya menunjukkan emosi kecil seperti sedih dan terkejut.

Namun ketika foto orang yang berwajah jutek itu dipindai, tingkat emosinya meningkat hingga dua kali lipat, yaitu sebanyak 6 persen.

Satu emosi spesifik yang menjadi 'dalang' si wajah jutek adalah ekspresi menghina.

Rogers menjelaskan bahwa hal itu disebabkan oleh isyarat kecil seperti menyipitkan atau menyudutkan mata. Sedikit menarik salah satu sudut bibir atau menaikkan keduanya juga dapat menghasilkan ekspresi menghina.

Macbeth mengatakan isyarat dari ekspresi yang netral menyampaikan penghinaan, tapi hal tersebut tetap terdeteksi oleh software dengan cara yang sama seperti otak kita.

Wajah yang berekspresi netral, tapi terlihat seperti menghina dapat dimengerti. Namun terdeteksi oleh software dengan cara yang sama seperti otak kita lakukan.

Menariknya, alat tersebut yang bebas dari bias gender menemukan fakta bahwa baik perempuan maupun laki-laki yang memiliki wajah jutek jumlahnya sama.

Dari data tersebut, peneliti percaya bahwa asumsi yang mengatakan wajah jutek hanya dimiliki perempuan dibangun karena norma-norma sosial, bukan pada fisiologi wajah.

“Banyak yang mengira bahwa jumlah perempuan berwajah jutek lebih banyak dibanding laki-laki, dan ada banyak artikel anekdot dan jurnal ilmiah yang membahas tentang itu,” ujar Macbeth.

“Jadi wajah jutek itu belum tentu sesuatu yang terjadi lebih banyak pada perempuan, tapi kita lebih terbiasa untuk memperhatikan perempuan karena mereka lebih banyak dituntut untuk tampak tersenyum, bahagia, dan ramah terhadap orang lain.”

 

Video Terkini