Liputan6.com, Florida - Sebuah suara dari angkasa luar yang terdengar 4 dekade lalu telah membuat ilmuwan dari seluruh dunia kebingungan.
Insiden itu terdengar ketika seorang astronom yang sedang mengerjakan proyek Search for Extra-Terrestrial Intelligence (SETI) di teleskop radio Big Ear di Ohio State University mendengar sinyal kuat dari konstelasi Sagitarius.
Sinyal tersebut berlangsung selama 72 detik dan berhasil diamati oleh Jerry R Ehman. Namun suara itu tidak terdengar lagi.
Advertisement
Rekaman itu diberi nama sinyal 'Wow!', Ehman melakukan penelitian dan dengan semangat mencoret-coret salinan pertama dari penemuannya itu.
Kemunculan suara itu telah memberikan harapan kepada sebagian penduduk Bumi, yang menantikan kebenaran adanya alien.
Sinyal tersebut mengarungi atmosfer dalam 1.420 megahertz, dengan panjang gelombang 21 cm.
Melalui penyelidikan ketika itu, suara tidak mungkin bersumber dari Bumi atau benda angkasa luar lainnya seperti planet, satelit dan asteroid. Memberikan harapan besar kepada dunia sebagai bukti pertama dari kehidupan alien.
Namun, sekarang ini, seorang ilmuwan terpandang telah menyangkal suara tersebut sebagai suara yang bersumber dari makhluk luar Bumi.
Dilansir News.com.au, Rabu (24/2/2016), Profesor Antonio Paris, pengajar di St Petersburg College di Florida, yang terobsesi dengan suara tersebut pada Juli tahun lalu, baru-baru ini menemukan sebuah teori ketika sedang mengemudi.
Baca Juga
"Ketika itu, tiba-tiba saja aku melihat truk melintas di sebuah jembatan di atasku," ungkap Prof Paris kepada The Tampa Tribune.
"Aku menyadari kemungkinan sinyal 'Wow!' terjadi saat sebuah objek melintas di atas Bumi, seperti truk yang kulihat. Suara tersebut bisa saja bersumber dari komet atau asteroid yang melintasi Bumi puluhan tahun lalu."
Dengan ide tersebut, sang Profesor kemudian melakukan penelitian di kearsipan NASA dan menggunakan software buatan untuk melacak jalur lintasan komet pada tahun 1977.Â
"Kami menemukan dua sinyal dari benda luar angkasa yang mirip dengan suara itu," ungkapnya.
"Keduanya berada pada tanggal, waktu dan wilayah yang sama ketika sinyal terdeteksi."
"Selama ini kita mencari jawaban atas sinyal itu, dan kemungkinan kami sudah menemukannya."
Prof Paris menerbitkan penemuannya itu dalam artikel yang ditulis bersama Evan Davies dari The Explorers Club, dalam jurnal Washington Academy of Sciences.
Ia mengatakan, tak lama lagi teori itu bisa diuji di hadapan dunia secara riil.
Sebab, kedua komet yang mungkin memunculkan sinyal 'Wow!' itu dipercaya akan kembali melintas di wilayah yang sama. Namun tidak secara bersamaan, yakni pada pada tahun 2017 dan 2018.
Ia mengatakan, Komet 266P/Christensen akan melintas pada Januari 2017 disusul oleh P/2008 Y2 (Gibbs) satu tahun kemudian.
Meski situasinya tidak sama seperti tahun 1977, hal ini memungkinkan komet untuk dipantau dan diteliti satu per satu untuk mencari kebenaran soal sinyal 'Wow!'
"Permasalahannya cuma satu, pada tahun 1977 kedua komet melintas secara bersamaan," ungkap Prof paris kepada Tribune.
"Kedua komet akan kembali melintas secara bersamaan di wilayah angkasa luar 600 tahun mendatang. Tapi, aku memiliki teori bahwa ini merupakan sebuah fenomena alam.
Sementara itu, ia mengatakan teorinya telah diterima oleh komunitas astronomi. "Mereka sudah tidak sabar untuk mengujinya pada 2017 dan 2018 mendatang," katanya.
Namun, tak semua senang dengan kabar tersebut. Diantaranya SETI dan penganut teori konspirasi yang menganggapnya sebagai 'mimpi dari sebuah kematian.'
Direktur liga eksekutif SETI, Paul Shuch atau Dr SETI, tak percaya dengan teori Prof Paris.
"Aku baru mengetahui kabar itu," ungkapnya. "Untuk sekarang ini, semua itu hanyalah sebuah spekulasi."
Namun, Dr Shuch mengatakan jika teori terbukti benar dan meteor akan kembali melintas, sang pencetus layak untuk mendapatkan penghargaan Nobel.Â