Liputan6.com, Nagasaki - Salah satu ledakan bom yang paling diingat karena kedahsyatannya saat Perang Dunia II yaitu di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa tersebut menewaskan 129.000 warga Jepang.
Pengeboman yang terjadi pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 di Hiroshima dan Nagasaki merupakan penggunaan senjata nuklir perang untuk pertama dan terakhir kali.
Ajaibnya, pria bernama Yamaguchi berhasil lolos dari maut dan menjadi saksi 2 peristiwa pengeboman tersebut. Kisahnya pun dimuat todayifoundout.com edisi 6 Juni 2013 yang dikutip Liputan6.com, Rabu (2/3/2016).
Advertisement
Pada 6 Agustus 1945, pria 29 tahun itu  tengah pulang ke rumahnya setelah berada 3 bulan di Hiroshima dalam sebuah perjalanan bisnis. Dia merupakan seorang insinyur dan bekerja sebagai desainer tanker minyak di Mitsubishi Heavy Industries.Â
Baca Juga
Dalam perjalanan ke stasiun kereta api menuju rumahnya di Nagasaki, ia lupa membawa surat jalan dan mengambilnya kembali. Sementara teman-temannya, Akira Iwanaga dan Kuniyoshu Seto, melanjutkan perjalanan.
Setelah mengambil surat jalan, dalam perjalanannya kembali ke stasiun ia melihat bomber -- pesawat pengebom dan dua parasut kecil terbang di atas kota Hiroshima pada pukul 08.15. Tak lama kemudian, muncul cahaya menyilaukan, suara menggelegar, angin kencang, dan hawa panas.
Pada saat kejadian, Yamaguchi berada 3 km dari lokasi ledakan. Hal tersebut menyebabkan gendang telinganya pecah, tubuh bagian atasnya terbakar, serta mengalami kebutaan sementara.
Setelah peristiwa itu, Yamaguchi berjalan ke tempat evakuasi di mana ia bertemu dengan kedua rekannya. Keesokan paginya ia dan rekan kerjanya kembali ke Nagasaki menggunakan kereta api.
Setibanya di sana, ia menerima perawatan dari rumah sakit setempat. Dalam waktu 3 hari, Yamaguchi yang sudah merasa pulih memutuskan kembali bekerja.
Di kantor, Yamaguchi langsung diinterogasi oleh bosnya. Di tengah-tengah percakapan tersebut, ia mendengar sirene serangan udara.
Untuk kedua kalinya, ia melihat cahaya putih yang menyilaukan. Spontan ia menjatuhkan diri ke lantai untuk berlindung.
"Aku pikir awan berbentuk jamur -- yang terbentuk karena ledakan bom nuklir --Â mengikutiku dari Hiroshima," katanya ketika itu.
Kedua bom tersebut sama-sama meledak di dekat pusat kota.
Saat ledakan di Nagasaki, Yamaguchi juga berada di jarak 3 kilometer dari pusat ledakan. Meski daya ledaknyanya lebih kuat dari Hiroshima, tak terjadi kerusakan meluas berkat kontur kota yang tidak rata dan banyak bagian yang terbelah oleh air.
Yamaguchi seharusnya tidak mengalami ledakan bom yang kedua. Karena kabarnya Kokura merupakan target awal pemboman, namun pesawat pengebom mengalihkan ke target kedua yaitu Nagasaki karena langit kota tersebut tertutup awan.
Ketika pesawat bomber tiba di Nagasaki, mereka juga menemukan awan yang sebenarnya mengganggu proses eksekusi peledakan. Tetapi, tak mungkin mengalihkan ke target lain karena persediaan bahan bakar menipis.
Panjang Umur
Yamaguchi selamat dari maut 2 kali, ia pun melanjutkan hidupnya.
Meski panjang umur, efek ledakan itu membuatnya kehilangan pendengaran sebelah kiri dan luka bakar cukup serius. Seluruh rambutnya pun hilang secara permanen.
Selain itu, ia juga mengalami trauma psikologis akibat ledakan maha dahsyat tersebut.
Kendati demikian, Yamaguchi dan istrinya, Hisako, memiliki keturunan yang sehat. Meski keduanya divonis terpapar radiasi tingkat tinggi.
Istri Yamaguchi meninggal pada umur 88 tahun akibat sakit ginjal dan kanker hati. Sedangkan Yamaguchi hidup hingga usia 93 tahun, ia wafat di tahun 2010 karena kanker perut.
Kepada Pemerintah Jepang, Yamaguchi menyebutkan bahwa ia adalah korban selamat dari bom Nagasaki. Awalnya ia memutuskan tak menceritakan ledakan di Hiroshima, karena menurut salah satu putrinya, sebagai penghormatan terhadap ribuan orang yang tak seberuntung dirinya.
Tahun 2009, ia mengubah pendiriannya dan resmi mengaku sebagai korban dari kedua ledakan pada pemerintah Jepang. Ia kemudian mendedikasikan sisa hidupnya untuk berkampanye menentang penggunaan senjata nuklir oleh semua bangsa.
Yamaguchi bahkan menulis sebuah buku yang menguraikan pengalamannya, termasuk sebuah puisi yang menceritakan tentang kejadian tersebut, Raft of Corpses.
"Saya bisa saja meninggal karena peristiwa itu. Segala sesuatu yang aku alami setelahnya adalah bonus," ucap Yamaguchi beberapa waktu sebelum meninggal.
Â
Advertisement