Liputan6.com, Jakarta Dalam menyambut hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret setiap tahun, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson menyelenggarakan acara di kedutaannya di Jakarta.
Bertemakan ‘Peluncuran Strategi Baru Australia untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan’, Dubes Grigson berniat menyampaikan rencana komprehensif antara Indonesia dan Australia untuk mendorong kemajuan tiga bidang utama kebijakan luar negeri mereka.
Baca Juga
“Memastikan perempuan dan anak perempuan diperlakukan setara, diberdayakan, dididik dan dipekerjakan merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencapai standar hidup yang lebih baik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” Duta Besar Grigson menyampaikan di ruang serba guna Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Rabu (2/3/2016).
Advertisement
“Komitmen yang komprehensif ini dibangun di atas kemitraan Australia yang telah terjalin dengan Indonesia untuk memprioritaskan kesetaraan gender melalui program-program seperti Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (MAMPU) dan inisiatif baru berjudul Investing in Women,” katanya.
Dalam resepsi tersebut, hadir juga Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care, Wakil Rektor dan Presiden Universitas Newcastle, Australia, Profesor Caroline McMillen, dan Menteri Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise.
Anis Hidayah, sebagai salah satu dari sepuluh wanita yang dinobatkan majalah Forbes tahun 2015 sebagai paling inspiratif, menjelaskan bahwa angka kasus kekerasan seksual pada anak sudah mencapai 300 ribu.
“Kita masih dihadapkan oleh banyak tantangan. Karena itu masih banyak yang kita harus lakukan, termasuk memastikan ke depannya peran wanita lebih dihargai di dalam sektor apapun itu,” katanya.
Profesor McMillen juga sependapat dengan Anis perihal peran wanita untuk lebih dihargai di segala sektor.
Menurutnya, kesetaraan gender sama dengan cara pintar mengatur perekonomian. Ini di karenakan kesetaraan tersebut akan memberikan akses bagi para wanita untuk turut berkontribusi dalam pergerakan ekonomi suatu bangsa. Sehingga, pergerakan ekonomi akan semakin efektif dan wanita juga lebih dihargai perannya.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise juga menekankan bahwa Indonesia perlu pelajari cara Australia menerapkan sistem kesetaran gender.
Walaupun Indonesia dan Australia masing- masing sudah semakin giat dalam mengatasi isu kesetaraan gender, Menteri Yohana berharap kedua negara teruskan kerjasama antar satu sama lain agar lebih efektif dalam penerapannya.
Ia pun juga bercerita bahwa kekerasan pada anak sekarang menjadi salah satu sorotan utama di Tanah Air.
“Kami seringkali menemukan masalah di lapangan, yaitu kekerasan terhadap perempuan dan anak secara fisik, psikis dan juga seksual,” Menteri Yohana menambahkan.
Kementerian Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak bekerja sama dengan Pemerintah Australia untuk mengirim 15 perempuan Indonesia ke Brisbane, Australia. Mereka diberikan kesempatan 3 bulan mengemban ilmu di bidang gender based violence atau kekerasan berbasis gender.
“Sebagai seorang alumni pelajar Indonesia di Australia, saya harus membantu perempuan-perempuan Indonesia menikmati apa yang saya pernah nikmati dengan harapan ke depannya dapat menghasilkan wanita-wanita hebat Indonesia,” tutup Menteri Yohana.