Sukses

Presiden Zimbabwe Robert Mugabe Ngamuk Saat Wawancara TV

Ia naik pintam setelah ditanya penyiar soal pensiun dan siapa yang bakal jadi penggantinya.

Liputan6.com, Harare - Presiden nyaris seumur hidup dari Zimbabwe, Robert Mugabe marah di tengah wawancara TV. Ia naik pintam setelah ditanya penyiar soal pensiun dan siapa yang bakal jadi penggantinya.

"Kamu mau saya tabok hingga jatuh ke lantai supaya sadar saya masih di sini?" teriak Mugabe saat ditanya tentang rencananya pensiun, seperti dilansir dari The Guardian, Sabtu (5/3/2016).

"Kenapa kamu tanya pengganti saya kalau saya masih di sini?" lanjut presiden berusia 92 tahun  itu. "Kenapa kamu ingin pengganti saya?"

Mugabe memimpin Zimbabwe semenjak negara itu bebas dari pemerintahan kulit putih Rhodesia.

Ia mengatakan tidak punya rencana untuk menyerahkan kekuasaannya kepada istrinya, Grace -- yang ambisius -- yang telah dipilih sebagai pengganti.



"Pengganti saya itu harus saya pupuk dari dini, bukankah itu hal turun-menurun, " lanjutnya.

"Di dalam partai demokratis, Anda tidak ingin pemilihan pemimpin seperti itu. Mereka akan dipilih oleh suara terbanyak. Masalahnya, suksesi seperti itu bukan merupakan bagian dari budaya kita," terang Mugabe.

Mugabe telah berusia 92 tahun pada  bulan Februari lalu. Ia kini ketakutan menghadapi partai yang tengah berkuasa, Zanu-PF yang menginginkan pergantian kepemimpinan.

Ia tetap bersikukuh membela istrinya untuk masuk ke dunia politik dan mengkritik orang-orang yang menghinanya.

Pada Kamis 3 Maret lalu, juru bicara Partai Zanu-PF, Simon Khaya Moyo mengumumkan bahwa partainya dari Perdana Menteri Chris Mutsvangwa dan beberapa petinggi pemerintahan tidak menghormati first lady karena keambisiusannya mengganti sang suami.

Selain naik pintam ditanya penggantinya, Mugabe juga marah terhadap perusahaan tambang. Ia dengan tegas mengusir perusahaan tambang berlian, Marange.

"Mereka telah merampok kami, dan jutaan dolar berlian diambil diam-diam," cetusnya.

Beberapa perusahaan kini menantang balik Mugabe lewat pengadilan karena telah diusir dari negara terbesar penghasil batu mulia itu.Â