Liputan6.com, Meksiko City - Kawah Chicxulub yang berlokasi di Semenanjung Yucatan, Meksiko diyakini menjadi lokasi hantaman asteroid pada masa lalu.Â
Para ilmuwan mengatakan, batu angkasa itulah yang diduga kuat memusnahkan dinosaurus dan sebagian besar kehidupan Bumi pada 66 juta tahun lalu.
Para ilmuwan berharap dengan mengebor ke dalam sedimen kawah, mereka mungkin dapat mempelajari bagaimana kehidupan dapat bangkit kembali setelah kehancuran kolosal terjadi di muka Bumi. Hal ini dikutip dari CNNÂ pada Minggu (6/3/2016).
Advertisement
"Ground zero atau titik ledakan tersebut adalah laut yang belum terjamah, dan dari waktu ke waktu kehidupan di tempat tersebut memperbaharui sendiri. Dari sana, kita dapat mempelajari sesuatu yang berguna untuk masa depan," ujar Profesor peneliti, Sean Gulick, dari University of Texas Institute for Geophysics kepada CNN.
Baca Juga
Sebuah tim ilmuwan dari University of Texas, the National Unveristy of Mexico dan the International Ocean Discovery Program berencana akan memulai pengeboran pada bulan April. Kegiatan tersebut ditaksir akan memakan waktu dua bulan.
"Kami memiliki beberapa hipotesis tentang apa yang akan kita temukan," ujar Gulick. "Kami berharap akan menemukan petunjuk tentang suatu masa yang pada awalnya tak ada kehidupan, dan kemudian bangkit kembali, serta seiring dengan waktu, membentuk suatu keberagaman."
Rencana kegiatan pengeboran tersebut muncul setelah analisis baru mengenai data pengeboran komersial dirilis, dan menunjukkan bagaimana dampak asteroid dengan lebar 6 mil atau sekitar 10 kilometer mengubah fisiologi Teluk Meksiko.
Saat menubruk Bumi, batu angkasa tersebut memindahkan 48.000 mil kubik atau setara dengan 77.248 kilometer kubik sedimen -- yang cukup untuk mengisi 17 lubang sebesar Danau Superior atau Lake Superior, danau air tawar terbesar di dunia yang terletak di Amerika Utara.
Menurut para ilmuwan, tubrukan asteroid tersebut memicu gempa yang membuat sedimen muncrat, memicu tsunami, yang membawa pecahan asteroid dari tempat-tempat seperti Texas dan Florida, dan membawa ratusan kaki sedimen ke Teluk.
Berdasarkan temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Geophysical Research: Solid Earth pada 5 Februari, sedimen yang bergerak tersebut menutupi wilayah hingga ratusan mil, mengisi Yucatan dan cekungan Karibia dengan bebatuan, pasir, kerikil, bahkan batuan.
Dampak dari jatuhnya asteroid tersebut sangat hebat dan para ilmuwan meyakini bahwa kekuatannya miliaran kali lebih kuat daripada bom atom yang diledakkan di Hiroshima.
Hantaman benda angkasa luar itu memicu efek domino, mulai dari bencana alam, tertutupnya Bumi dengan debu dan sedimen yang tebal. Sebuah teori populer mengatakan bahwa pecahan asteroid, tsunami yang hebat, dan gempa bumi membunuh beberapa binatang besar, seperti dinosaurus raksasa dan reptil laut besar.
Pecahan asteroid tersebut dikenal sebagai lapisan Crestaceous Paleogen dan dapat ditemukan di seluruh bagian dunia, yang menandai peristiwa kepunahan besar.
Para ilmuwan telah mempelajari pecahan itu di seluruh dunia, tetapi tak pernah bisa mendapat akses ke Teluk Meksiko karena pengeboran komersial terjadi di wilayah tersebut.
"Ilmuwan mempelajari soal deposit besar sedimen dalam hitungan hari dan minggu," ujar penulis dan ahli geologi dari Chevron yang dulunya berasal dari University of Texas Institute for Geophysics, Jason Sanford. Menurutnya, sebelum ada hantaman hebat itu, Teluk Meksiko mempunyai ukuran lebih besar.
"Dampak dari asteroid merubah permukaan planet," ujar Gulick. "Peristiwa tertentu dapat memiliki efek mendalam pada morfologi planet kita, lapisan stratigrafi, dan tentu saja kehidupan," ujarnya.
Memahami apa yang terjadi di Chicxulub, dapat membantu para peneliti memprediksi apa yang mungkin terjadi di masa depan jika asteroid besar lainnya bertabrakan dengan planet kita.
"Kita cukup banyak tahu apa yang akan terjadi jika asteroid seukuran itu menghantam kita saat ini, hal tersebut bukanlah hal yang baik. ... Pekerjaan kami berkontribusi dan berdedikasi untuk memahami banyak proses geologis dan biologis yang terjadi ketika peristiwa itu terjadi," ujar Sanford.
"Saat ini, NASA memiliki sebuah tim pemburu asteroid yang berpotensi mematikan. Lebih dari 12.000 objek dekat bumi telah ditemukan dan sekitar 1.500 di antaranya kemungkinan akan melalui lintasan Bumi serta berpotensi berbahaya," ujar direktur Grand Challange NASA, Jason Kessler, kepada CNN pada Juni 2015.
Untungnya, data menunjukkan, tidak ada batu angkasa yang mengancam Bumi. Setidaknya sampai saat ini.