Liputan6.com, Khan Yunis - Laporan PBB menyebut, Jalur Gaza akan menjadi kawasan yang 'tak layak huni' bagi manusia pada 2020.Â
Bagi para penghuni kebun binatang di wilayah Palestina yang terisolasi itu, kondisi bahkan lebih mengenaskan. Hewan-hewan di sana terlantar dalam kandang, tanpa makanan dan minuman, hingga mati.
Baca Juga
Tak heran, kebun binatang di Gaza dianggap sebagai yang terburuk di dunia.
Advertisement
Mohamed Awaida, membuka South Forest Park pada tahun 2007 di Khan Yunis dengan dana yang mencapai ribuan dolar. Ia kehilangan sejumlah binatang dalam serangan Israel terhadap Hamas pada tahun yang sama.
Awaida mengatakan dia dan staf tidak bisa mendatangi kebun binatang, mengakibatkan sebagian besar hewan mati karena terabaikan, kelaparan, dan paparan bahan kimia yang dilepas ke udara.
Baca Juga
Pada tahun 2014, sejarah terulang kembali pada akhir perang Gaza yang dikenal dengan Operation Protective Edge. Peperangan tak hanya menyebabkan korban manusia, namun sejumlah 80 binatang dikabarkan mati dan hanya 20 selamat di kebun binatang Al-Bisan di Beit Lahia.
Dikutip, Inquisitr, Awaida mengatakan ia membeli semua binatang melalui dunia maya, kemudian menyeludupkan hewan-hewan tersebut ke Gaza melalui sistem terowongan bawah tanah dari Mesir.
Ia enggan membeberkan dari mana ia mendapatkan dana untuk membeli binatang, namun Awaida mengaku harus menyogok sejumlah orang untuk bisa membawa binatang ke tempat tujuannya. Meskipun begitu, hal ini tidak meredupkan kecintaannya terhadap hewan-hewan 'eksotis'.
Menurut laporan, puluhan hewan mati di kebun binatang Gaza, tapi hal ini tak menghentikan Awaida untuk berhenti menyeludupkan hewan ke dalam negeri.
Binatang yang telah mati ia awetkan dan kembali dipajang dalam kerangkengnya.
Ia mempelajari taksidermi melalui kurus online, agar ia bisa melakukannya sendiri. Dengan begitu Awaida masih bisa memajang hewan-hewan di dalam kandangnya.
"Ide untuk mengawetkan binatang muncul pada akhir perang Gaza karena sejumlah hewan seperti singa macan, monyet dan buaya mati. Setelah bertanya-tanya, kami kemudian mempelajarinya melalui internet," katanya.
Meksipun begitu, ia mengaku kemampuannya dalam taksidermi masih jauh dari andal, tapi ia masih bisa memajang bangkai binatang dalam kandangnya masing-masing di samping hewan yang masih hidup.
"Terkadang orang tak peduli hewan itu mati atau hidup. Sebagian besar dari mereka masih ingin melihatnya."
Karena di Gaza tidak ada badan yang mengatur kebijakan untuk kebun binatang atau organisasi hak asasi binatang, hal ini membuat Aqaida mengelola kebun binatangnya sendiri tanpa masalah.