Sukses

9-3-1967: Putri Tunggal Diktator Uni Soviet Membelot ke AS

Kendati sudah membakar paspor Soviet, membenci ajaran komunis, Svetlana Stalin mengakui, ia tak bisa lepas dari bayang-bayang sang ayah.

Liputan6.com, Jakarta - Pada hari ini 9 Maret tahun 1967 putri satu-satunya diktator Uni Soviet Joseph Stalin meminta suaka politik ke AS lewat duta besar Negeri Paman Sam di India.

Kabar tersebut dibocorkan oleh jaringan The American Mutual Radio. Namun saat itu, departemen AS menolak untuk berkomentar.

Semenjak kematian ayahnya pada 1953, kabar tentang keberadaan dirinya jarang terdengar. Svetlana lebih memilih menggunakan nama tengah ibunya dibanding Stalin. Selama itu ia tinggal di sebuah apartemen kecil di Moskow dekat kedutaan besar Inggris dan bekerja sebagai peneliti serta penerjemah.

Svetlana adalah putri tunggal dari istri kedua Joseph Stalin, Nadezhda Alliluyeva yang bunuh diri pada 1932. Saat itu Svetlana masih berusia 9 tahun ketika tragedi itu terjadi. Sebelum kematiannya, Svetlana sangat dekat dengan Stalin yang memanggilnya 'little sparrow' atau 'burung pipit kecilnya'. Namun, setelah dewasa dan menjelang kematian sang diktaktor, keduanya bagai dua individu yang asing.

Ketika berusia 18 tahun, Svetlana menikah teman kuliahnya di Universitas Moskow, seorang Yahudi. Namun, pernikahan yang menghasilkan 1 anak laki-laki itu tidak pernah direstui sang ayah berakhir tragis. Suaminya dikirim ke kamp buruh di Siberian hingga tewas.

Pernikahan kedua bersma Yuri Zhdanov, anak dari tangan kanan Stalin, Andrei Zhadanov. Namun, hubungan keduanya juga kandas, seperti dilansir dari BBC On This Day. Dari Andrei, ia memiliki seorang anak perempuan.

Propaganda

Bagi Amerika Serikat, pembelotannya dari Uni Soviet pada 1967,merupakan bagian dari rencana propaganda kudeta. Setelah mendapatkan suaka politik, ia menulis 4 buku, termasuk dua buku yang paling hits berupa memoar.

Kendati ia telah membakar paspor Sovietnya, membenci ajaran komunis, namun, pada sebuah wawancara, Svetlana mengatakan, ia tak mungkin lepas dari bayangan sang ayah.

"Orang berkata, 'itu anaknya Stalin' kepadaku, itu berarti aku harus berjalan membawa senjata dan membunuhi orang Amerika," tutur Svetlana pada suatu hari.

"Atau mereka mengatakan,'tidak ia yang datang ke sini. Dia warga AS,' itu berarti aku membawa bom untuk melawan mereka semua. Aku bukan salah satu dari mereka. Aku berada di antara keduanya," lanjutnya.

Saat kakinya menginjak AS pertama kalinya kepada awak media ia mengatakan dirinya terlalu lama ditelantarkan oleh Soviet. Salah satu alasan mengapa ia membelot karena otoritas Soviet tidak memedulikan seorang komunis dari India, Brajesh Singh yang ia akui sebagai kekasihnya.

Pada 1966, Singh meninggal dunia, dan Svetlana membawa abunya ke India. Namun, alih-alih kembali ke Uni Soviet, ia memilih jalan kaki menuju kedutaan AS meminta suaka politik.

Ia ditolak baik oleh AS dan India mengusirnya. Namun, Kedutaan Swiss akhirnya menampung perempuan berambut merah itu. Selama 3 bulan, ia tinggal di kedutaan tersebut dan akhirnya, AS memberikan status naturalisasi kepadanya.

2 dari 2 halaman

Setelah Menjadi WN AS hingga Kematiannya

Pada April 1967, ia mendarat di kota New York. Meninggalkan dua anaknya di Moskow. Kepada media ia berkoar akan membuat buku biografinya. Setelah tinggal  beberapa bulan di Mill Neck, Long Island, di bawah perlindungan Secret Service sebelum tinggal di Princeton, New Jersey. Di sana, ia bertemu dengan William Wesley Peters.

Keduanya menikah, Svetlana mengganti nama menjadi Lana Peters dan memiliki anak bernama Olga, sebelum akhirnya bercerai pada 1973.

Pada 1978, ia akhirnya memiliki warga negara AS. Pada 1982, ia pindah bersama Olga ke Inggris. Pada 1984, ia kembali ke Uni Soviet, di mana ia mendapatkan kembali kewarganegaraannya.

Selama di Soviet, ia tinggal di Tsibilisi, yang kini merupakan ibukota dari Georgia.

9-3-1967: Putri Tunggal Diktator Uni Soviet Membelot ke AS (AFP)

Pada 1986, ia kembali ke AS setelah mengklaim anggota keluarganya menipu dirinya. Pada 1990, ia kembali ke Inggris lalu beberapa tahun kemudian, ia menetap di AS.

Saat berada di Inggris ia pernah mengungkapkan sang ayah saat menghadapi kematian istri tercintanya dan hari-hari terakhi Stalin.

"Ketika ibuku meninggalkan kami berdua, dia--Stalin, benar-benar sendiri. Dan kupikir adalah, di usianya di akhir 30-an dan perang yang berakhir pada tahun 1940-an membuatnya benar-benar menjadi orang paling kesepian di seluruh dunia. Tak ada seorang pun yang mau berargumentasi lagi dengannya," ungkap Svetlana.

Pada 22 November 2011, Svetlana meninggal dunia di AS akibat kanker usus.

 

*** Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar mulai pukul 06.00-09.00 WIB. Klik di sini.