Liputan6.com, Xian - Seorang perempuan berusia 43 tahun berakhir tragis di dalam lift yang ada di sebuah apartemen di Xian, China.
Pada 30 Januari 2016, ia terjebak dalam lift, setelah 2 pekerja pemeliharaan gedung mematikan listrik yang menjalankan alat transpotasi vertikal tersebut. Dari dua lift yang ada, hanya satu yang beroperasi.
Jasad wanita bermarga Wu itu baru ditemukan 30 hari kemudian. Kondisinya sungguh mengenaskan.
Kasusnya menimbulkan keprihatinan mendalam. "Tiga puluh hari, tak terbayang rasa sakit dan penderitaan yang dirasakan korban. Hatiku sungguh perih membayangkannya," kata pengguna situs mikroblog Weibo, Huixinya, seperti dikutip dari BBC, Rabu (9/3/2016).
Baca Juga
Xiaolin, salah seorang pengelola gedung memberikan gambaran situasi di dalam lift, yang ia sebut, 'tak manusiawi'. "Sepertinya perempuan itu tewas kelaparan di dalam lift."
Selain membangkitkan perasaan ngeri dan simpati, kematian tragis korban juga membangkitkan kemarahan warga.
Advertisement
Baca Juga
Apalagi, seperti dilaporkan, staf pemeliharaan hanya melakukan pengecekan sepintas lalu, dengan berteriak apakah masih ada orang di dalam lift -- sebelum akhirnya mematikan aliran listriknya.
Media di Tiongkok mengabarkan, mereka yang bertanggung jawab atas pemeliharaan lift dan pihak perusahaan manajemen properti di Xian telah ditahan atas tuduhan pembunuhan.
"Apakah terlalu sulit bagi mereka untuk membuka lift dan mengecek secara langsung," kata seorang pengguna Weibo lainnya. "Bagaimana jika yang ada di dalam adalah orang yang tunarungu atau tunawicara?"
Sejumlah netizen mengutuk kemalasan dan tindakan tak bertanggung jawab yang dilakukan staf pemeliharaan. Mereka dituding tak punya integritas.
Insiden tersebut membangkitkan kembali kekhawatiran terkait standar keamanan dan budaya ambil jalan pintas -- asal kerjaan rampung. Tahun lalu, seorang perempuan tewas akibat terjatuh dari ketinggian, akibat eskalator yang rusak di pusat perbelanjaan.
Latar Belakang Korban
Selama 30 hari terjebak di lift, Wu sendirian, kesepian. Dan tragisnya, tak ada yang merindukannya.
Laporan menyebut, Wu tinggal sendirian dan jarang kontak dengan keluarganya. Kematiannya memicu kekhawatiran soal keamanan perempuan yang tinggal sendirian.
Orang-orang juga merasa kaget, tak ada satupun yang melaporkan kehilangan korban. Mereka juga menyayangkan ketidakpedulian orang-orang yang mengenalnya.
"Menurutku, kejadian ini tak bakal terjadi di pedesaan. Namun, di kota besar -- yang sudah jadi hutan beton, meski dikeliling banyak orang dan bisa memiliki banyak kenalan -- tak mudah bagi kita untuk menjalin hubungan yang sejati," kata salah satu netizen.
Di China, perempuan yang belum menikah, dilekatkan stigma "sheng nu" atau perempuan sisa. Anggapan itu jelas merugikan kaum hawa Tiongkok, terutama bagi mereka yang fokus pada karir.
Laporan lain menyebut, menurut salah satu tetangganya yang tak mau disebut namanya, Wu mungkin menderita masalah kesehatan mental.
Meskipun hal tersebut belum diverifikasi, sejumlah pengguna internet mempertanyakan fasilitas perawatan bagi orang dengan penyakit mental. Dan, bagaimana bisa keluarganya membiarkannya hilang selama 1 bulan?
Lainnya mengkritik media, mempertanyakan apakah soal gangguan jiwa relevan dalam kasus yang menimpa korban.
"Kalaupun korban sakit mental, tak ada hubungannya. Akankah mereka yang sehat mampu bertahan 1 bulan di lift?!," kata salah satu pengguna Weibo.
"Saat insiden seperti ini terjadi, yang diungkit malah sejarah kesehatan mental korban. Jangan-jangan mereka yang mempermasalahkan yang tak waras."