Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara telah menembakan dua misil balistik jarak pendek ke laut, pada Kamis (10/3/2016). Aksinya itu dilontarkan lantaran marah karena latihan militer bersama oleh Washington DC dan Seoul.
Bagi Pyongyang latihan itu merupakan ancaman kedaulatan negaranya.
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan misil itu ditembakkan dari utara Provinsi Hwanghae, selatan ibukota Pyongyang. Balistik itu mampu terbang hingga 500 km sebelum akhirnya jatuh dan meledak di perairan pantai timur.
Advertisement
Penembakan misil adalah hal lumrah bagi Korut ketika negara tetangganya gelar latihan bersama. Utara membenci latihan rutin gabungan AS dan Korsel dan mengatakan tindakan kedua negara itu sebagai persiapan invasi.
AS dan Korsel memulai latihan gabungan minggu ini, saat yang sama Korut menyerukan siap perang nuklir.
Baca Juga
Dua sekutu itu mengatakan latihan bersama merupakan hal rutin dan untuk pertahanan saja. Namun, untuk tahun ini merupakan latihan terbesar. Adapun Korut, semakin geram akibat sanksi dari PBB setelah mereka menggelar serangkaian tes nuklir dan peluncuran roket.
Penembakan itu dilakukan sehari setelah Korut pamerkan miniatur hulu ledak. Saat itu, Kim Jong-un berkoar bahwa negaranya telah mengembangkan bom atom mini yang bisa diletakkan di kepala misil.
Surat kabar Korut, Rodong Sinmun pamerkan foto Kim dengan miniatur hulu ledak bersama para ilmuannya, seperti dilansir dari The Guardian.Â
Informasi dari Utara sangat sulit untuk dikonfirmasi dan dalam sejarahnya, media tersebut kerap kali memanipulasi foto. Namun, ini adalah kali pertama Korut mempublikasikan desain nuklir. Kendati demikian, masih belum jelas apakah negara itu telah berhasil membuat hulu ledak atau baru niatnya saja.
Pihak Korsel mengatakan kemungkinan besar foto itu adalah benar adanya. Oleh sebab itu, mereka mengatakan hal itu merupakan ancaman kepada komunitas internasional.
Juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kirby enggan berkomentar lebih lanjut mengenai kemampuan nuklir Korut, mengatakan itu urusan intelijen. Namun, ia menegaskan bahwa AS kali ini menganggap serius retorik Pyongyang.Â