Liputan6.com, Tucson - Bahkan setelah kematiannya, Gaetan Dugas menghadapi tuduhan serius. Selama beberapa dekade, pria kelahiran Quebec, Kanada itu menjadi 'kambing hitam', dianggap sebagai pemicu epidemik AIDS di Amerika Utara.
Pramugara Air Canada tersebut dilabeli sebagai 'Patient Zero' dalam studi yang dilakukan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada 1984.
Jurnalis Randy Shilts dalam bukunya And The Band Played On yang terbit pada 1987, mendeskripsikan Dugas sebagai pria yang asal-asalan, yang secara sembrono berhubungan seksual dengan pria lain meski telah mengetahui risiko penularan virus HIV.
Namun, kini, para peneliti dari University of Arizona di Tucson yang mempelajari sejarah mutasi virus HIV menemukan fakta baru: bahwa epidemik mulai sebelum masa Dugas, di lokasi berbeda. Demikian dilaporkan dalam jurnal ilmu pengetahuan Science.
Â
Baca Juga
Para ilmuwan melakukan studi dengan cara mengisolasi HIV, berkat teknik yang disebut molecular clock (jam molekuler), dengan menciptakan 'pohon keluarga' virus tersebut dalam beberapa versi selama beberapa tahun.
Virus versi Dugas ada di tengah silsilah itu, demikian ditulis Science. Bukan pada permulaaan. Itu menunjukkan bahwa bukan Dugas yang memicu kasus pertama di Amerika Utara.
Para ilmuwan mengatakan, epidemik diduga mulai sekitar 1970 di Kota New York. Virus tersebut diduga datang dari Haiti atau negara Karibia lainnya.
"Dugas telah dijadikan sebagai kambing hitam pada awal epidemik terjadi," kata Dr Richard Elion kepada Vox, seperti dikutip dari Daily Mail, Senin, 14 Maret 2016.
"Patient Zero menjadi simbol budaya yang panik terhadap pria homoseksual dan mikroba yang ada di tubuh mereka," kata Gregg Gonsalves, aktivis HIV/AIDS.
People Magazine pada 1987 memasukkan Dugas dalam daftar orang paling menarik perhatian tahun itu, dengan mengatakan 'nafsu seksualnya yang liar' mencetuskan epidemik yang merenggut nyawanya dan ribuan orang lain.
Pada tahun yang sama, Majalah TIME menyebarkan narasi yang serupa soal Dugas. Menyebut buku Shilts tentang epidemik tersebut 'mengagumkan'.
The New York Post juga memuat artikel soal Dugas berjudul 'The Man Who Gave Us Aids' -- pria yang menularkan AIDS -- di halaman depan.
Belakangan, buku karangan Shilts, yang memuat pernyataan dua dokter yang menyebut Dugas sebagai sociopath atau anti-sosial, memicu kritik tajam karena dianggap spekulatif dan berdasarkan rumor -- demikian ditulis Dr Richard A McKay dalam studi tahun 2014.
Advertisement
Dugas lahir di Quebec City pada 1952. Pada usia 20 tahun ia pindah ke Vancouver untuk belajar Bahasa Inggris dan mewujudkan mimpinya menjadi pramugara.
Ia mulai bekerja sebagai awak kabin Air Canada pada 1974. Selama bertugas, ia kerap berkeliling di Vancouver, Montreal, Halifax, dan Toronto.
Dugas, yang dilaporkan kerap berganti pasangan, menurut McKay, juga bepergian ke New York dan San Francisco.
Ia didiagnosa dengan Kaposi's Sarcoma, tipe kanker yang sering ditemukan pada para pasien AIDS pada 1980-an.
"Dengan pengetahun yang terbatas, dibandingkan saat ini, terkait kondisi tersebut, Dugas menjadi salah satu dari pria homoseksual pada saat itu yang menjadi sasaran klaim medis dan skeptisisme," tulis McKay.
Namun, Dugas bersikap kooperatif pada peneliti CDC. Pada 1982 ia menyediakan dokumentasi yang memungkinkan para ahli melacak 72 nama orang yang pernah melakukan kontak seksual dengan pasien.
Dugas meninggal dunia di Quebec pada 1984. Usianya baru 31 saat menghembuskan napas penghabisan.Â