Sukses

Hasil Restorasi Buruk Bangunan Bersejarah Spanyol

Restorasi kastil bersejarah di Spanyol berujung celaan dan kritik di media sosial. Warga menganggapnya sangat buruk.

Liputan6.com, Cádiz - Bermaksud melakukan restorasi bangunan kuno, namun hasilnya tak sesuai ekspektasi. Itulah yang terjadi dengan salah satu bangunan kuno di Spanyol.

Dikutip dari The LocalSelasa (15/3/2016), proyek restorasi asal-asalan itu pun merebak di dunia maya dan mengundang sejumlah celaan dan penyesalan.

El Castillo de Matrera di Cádiz, Spanyol bagian selatan, adalah sebuah benteng peninggalan bangsa Moor. Bangunan itu telah diresmikan menjadi Monumen Nasional sejak 1949.

Sayangnya, pemilik kastil itu melakukan restorasi yang oleh warga setempat serta para ahli sejarah disebut sebagai “pekerjaan asal-asalan.”

“Mereka mempekerjakan tukang bangunan dan bukannya ahli restorasi, sehingga melakukan perusakan,” ungkap seorang warga kepada stasiun televisi La Sexta.

Benteng itu dibangun pada abad ke-9 oleh Umar ibn Hafsun, pemberontak melawan kepemimpinan Ummayad di Spanyol bagian selatan, sebelum pada akhirnya direbut oleh San Fernando.

Pada abad ke-14, bangunan itu direbut kembali oleh kaum Muslim sebelum diduduki oleh Alfonso XI pada tahun 1341.

Situs itu sudah resmi menjadi Monumen Nasional sejak 1949 dan dinyatakan sebagai Situs Budaya Menarik oleh pemerintah Spanyol pada tahun 1985.

Hispanianostra, kelompok pelestari warisan budaya Spanyol, menuliskan melalui situs mereka, “Konsolidasi dan restorasi (seperti disebut-sebut oleh arsitek proyek)…benar-benar buruk. Tak perlu berkata-kata, coba lihat foto-fotonya.”

Namun, arsitek di balik proyek restorasi itu membela karyanya. Carlos Quevado mengatakan kepada televisi La Sexta bahwa tujuan utama bukan untuk meruntuhkan reruntuhan, tapi untuk menunjukkan sebisa mungkin bentuk keaslian kastil.

Quevado menambahkan, “Bangunan itu memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang amat penting .”

Warga Spanyol melontarkan kritik terhadap proyek itu melalui media sosial. Kata seorang warga melalui Twitter, “Bencana sebuah proyek.”

Seorang pengguna Twitter lain membandingkan restorasi itu dengan restorasi Ecce Homo. Saat itu Cecilia Giménez memutuskan untuk memperbaiki lukisan tersebut, tapi berujung kepada bencana.