Liputan6.com, Jeddah - 3 wanita ini menciptakan sejarah baru di dunia penerbangan. Mereka menjadi kaum hawa pertama yang sukses terbang ke Arab Saudi, di tengah kontroversi terhadap pembatasan atas hak-hak perempuan di negeri kaya minyak itu.
"3 awak Royal Brunei Airlines -- pilot dan kopilot -- membuat sejarah dengan menjadi kru perempuan pertama yang melakukan perjalanan ke Arab Saudi, di mana perempuan tidak diizinkan untuk mengemudi," demikian diberitakan BBC, Rabu (16/3/2016).
Para pilot wanita itu terbang dengan Boeing 787 Dreamliner dari Brunei ke Jeddah.
Advertisement
Langkah itu dilakukan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Nasional Brunei.
Baca Juga
Pada penerbangan yang dilakukan Februari lalu, kapten pesawat itu, Sharifah Czarena, dibantu oleh Senior First Officers, Sariana Nordin dan Dk Nadiah Pg Khashiem.
Kapten Czarena berlatih di Inggris dan pada Desember 2013. Ia menjadi pilot Royal Brunei pertama yang terbang keluar dari Bandara London Heathrow dengan tunggangan andalannya Boeing 787 Dreamliner.
"Orang-orang melihat pilot sebagai pekerjaan yang dominan laki-laki. Sebagai seorang wanita, apalagi dari Brunei, itu adalah suatu prestasi besar. Ini benar-benar menunjukkan kepada generasi muda atau anak-anak perempuan khususnya, bahwa semua impian mereka bisa dicapai," kata Czarena kepada The Brunei Times dalam wawancara pada tahun 2012.
Wanita di Arab Saudi
Emansipasi wanita di Arab Saudi kini mulai terangkat. Tahun 2015 lalu, Arab Saudi memberikan suara mereka untuk pertama kalinya dalam pemilihan pemimpin kota. Sebanyak 978 wanita terdaftar sebagai calonnya.
Mereka bersama 5.938 laki-laki harus berbicara di belakang partisi saat berkampanye, atau diwakili oleh seorang pria. Keputusan untuk mengizinkan wanita untuk mengambil bagian diambil oleh almarhum Raja Abdullah dan dipandang sebagai bagian penting dari warisannya.
Arab Saudi merupakan satu-satunya negara di dunia yang melarang perempuan mengemudi.
Meskipun tidak secara teknis ilegal bagi perempuan untuk mengemudi, izin mengemudi hanya laki-laki yang diberikan.
Mereka yang kedapatan mengemudi akan didenda dan ditangkap oleh polisi. Akhirnya, wanita Saudi telah meluncurkan serangkaian kampanye - termasuk di media sosial - untuk menuntut pengurangan pembatasan.