Liputan6.com, Paris - Gabrielle Bonheur Chanel alias Coco Chanel adalah legenda di dunia mode. Rancangannya yang revolusioner dan inovasinya menciptakan parfum Chanel No 5 membuat nama perempuan kelahiran 1883 itu "abadi" hingga saat ini.
Namun, dokumen rahasia Prancis yang dibuka baru-baru ini mengungkap "sisi gelap" Coco Chanel.
Baca Juga
Dalam dokumen tersebut disebutkan, pejabat intelijen Prancis menduga Coco Chanel adalah seorang mata-mata untuk pihak Nazi semasa Perang Dunia II.
Advertisement
Dikutip dari Daily Mail, Kamis (17/3/2016), seorang informan menceritakan kepada pihak berwenang bahwa perancang busana itu adalah pacar sekaligus mata-mata bagi seorang pejabat intelijen Jerman bernama Baron Hans Gunther von Dinklage.
Baca Juga
Para ahli sejarah membuka arsip dinas rahasia Prancis pada Rabu, 16 Maret 2016. Dokumen yang dibuka termasuk sejumlah catatan tentang para pesohor yang dicurigai.
Sebuah catatan tentang Chanel berbunyi demikian, “Sebuah sumber di Madrid memberitahukan kami bahwa Madam Chanel pada 1942-1943 adalah seorang wanita selingkuhan dan agen bagi Baron Guenter von Dinklage.”
“Dinklage pernah menjadi seorang atase di kedutaan besar Jerman pada 1935. Ia bekerja sebagai ahli propaganda dan kami mencurigainya sebagai agen.”
Arsip itu juga menduga Chanel tercatat sebagai agen Abwehr, organisasi intelijen Nazi, demikian menurut para peneliti.
Dugaan ini telah lama terpikirkan oleh para sejarawan. Namun inilah pertama kalinya ada dokumen resmi yang membeberkan bahwa pihak berwenang Prancis juga mencurigai perempuan cantik itu memiliki kaitan dengan Nazi.
Arsip-arsip dari Perang Dunia II menguak penjelasan mendalam tentang operasi bawah tanah baik oleh pihak Nazi maupun pihak perlawanan Prancis.
Setelah keputusan pemerintah pada 1999, ada ratusan kotak yang diserahkan kepada arsip departemen pertahanan tanpa ditandai dengan sistem klasifikasi.
Namun dokumen-dokumen itu hanya disimpan selama bertahun-tahun di sebuah benteng zaman pertengahan di Vincennes, di timur Kota Paris dan baru diteliti oleh sejarawan belakangan ini.
Di dalamnya ada perincian operasi pimpinan para mata-mata Jerman yang memburu para anggota perlawanan Prancis, kegiatan rahasia pemerintahan Jenderal Charles De Gaulle yang berada di London, dan upaya-upaya untuk melacak para penjahat perang.
Frederic Queguineur, penanggung jawab arsip dinas rahasia, mengatakan, “Dari cara pandang pihak Jerman, mereka memasukkan Chanel dalam daftar. Artinya ia kemungkinan menjadi sumber informasi, menjalankan tugas, dan bekerja untuk mereka. Dari cara pandang Chanel, kami tidak tahu apakah ia menyadari hal itu.”
“Kami terkesan oleh pentingnya dan kayanya arsip-arsip ini. Begitulah rasanya menemukan kembali dokumen yang belum pernah dilihat selama 70 tahun.”
Setelah arsip-arsip itu mendapatkan identifikasi, masyarakat dapat melihatnya, tapi karena belum dalam bentuk digital, orang harus pergi langsung ke Chateau de Vincennes.
Arsip dinas rahasia ini mencakup sejumlah dokumen yang disita oleh pihak Prancis di akhir perang dan ribuan arsip perseorangan dari para anggota perlawanan Prancis, serta catatan penyidikan terduga kolaborator. Ada banyak catatan pribadi orang-orang yang terlibat dalam operasi Prancis dan Jerman.
Dinas intelijen De Gaulle pada 1943 menulis catatan tentang penyanyi dan penari kelahiran AS bernama Josephine Baker yang telah membantu perjuangan kemerdekaan Prancis.
Catatan itu berbunyi demikian, “Ia menunjukkan pengabdian yang besar, benar-benar tidak mementingkan diri. Ramah dan bersemangat, ia memberikan pelayanan yang luar biasa kepada kami.”
Arsip-arsip itu juga mencakup sejumlah dokumen pribadi, misalnya surat tulisan tangan yang isinya sangat menyentuh dari Genevieve, keponakan De Gaulle, yang menuliskan kepada ‘paman Charles tersayang’ yang berisi permintaan nasihat tentang cara yang lebih baik untuk ikut berjuang pada Mei 1943.
Tanggapan Pihak Chanel
Isu keterkaitan Chanel dengan Nazi sudah lama berembus. Pada Agustus 2011 lalu kisah asmara sang perancang busana dengan mata-mata Nazi juga diungkap dalam buku berjudul, "Sleeping with the Enemy: Coco Chanel's Secret War".
Disebutkan, selama Perang Dunia II, Chanel tinggal bersama von Dincklage, perwira gagah yang usianya 12 tahun lebih muda di Ritz Hotel Paris yang saat itu di bawah kontrol Nazi.
Buku tersebut juga menuduh Chanel direkrut pada 1940. Setahun kemudian, dia pergi ke Spanyol untuk menjalankan misi mata-mata -- dengan imbalan Nazi membebaskan keponakannya dari kamp tawanan. Ia juga pergi ke Berlin atas perintah seorang jenderal SS.
Kala itu, Rumah Mode Chanel langsung bereaksi menanggapi isu serius itu. "Ada lebih dari 57 buku tentang Gabrielle Chanel. Kami mendorong Anda untuk membaca beberapa di antaranya lebih serius."
Rumah mode tersebut juga membantah tuduhan bahwa Coco Chanel memanfaatkan aturan Jerman untuk mengambil alih kontrol distribusi parfum Chanel dari keluarga Yahudi, Wertheimer, yang turut andil membuat Chanel No 5 mendunia.