Sukses

Kisah Mendebarkan WNI Tersandera di 'Ibu Kota ISIS' Suriah

Selang 2,5 tahun berlalu, Sri bukannya dipulangkan, tetapi malah dijual kembali oleh agen Sana ke majikan baru bernama Abdul Azim al-Ujaeli.

Liputan6.com, Aleppo - Sri Rahayu didatangkan dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, ke Suriah pada 2 Februari 2011 oleh agen tenaga kerja PT Binhasan Maju Sejahtera asal Indonesia dan perusahaan Sana asal Suriah. Ia kemudian diperkerjakan sebagai asisten rumah tangga selama 2,5 tahun di Kota Aleppo.

Selang 2,5 tahun berlalu, Sri bukannya dipulangkan, tetapi malah dijual kembali oleh agen Sana ke majikan baru bernama Abdul Azim al-Ujaeli di Kota Raqqa.

Oleh agen tenaga kerja tersebut, menurut diplomat Indonesia di Suriah, Sri dibohongi bahwa KBRI tutup di Suriah dan tidak ada penerbangan ke Indonesia.

Saat itu, Kota Raqqa masih dikuasai oleh kelompok pemberontak Free Syrian Army (FSA). 3 bulan setelahnya, atau pada akhir 2013, pasukan kelompok ISIS memasuki Raqqa dan mengklaim kota tersebut sebagai 'ibu kota ISIS'.

Selama 2 tahun bekerja di Raqqa, wanita yang dipanggil Sri itu digaji dengan baik oleh majikannya, Abdul Azim al-Ujaeli yang dulu berprofesi sebagai insinyur. Ia bertugas merawat majikannya yang sudah tua dan tinggal seorang diri, sementara anak-anak majikannya sudah keluar dari Raqqa.

Majikan Sri bukan simpatisan ISIS, tetapi penduduk asli Raqqa yang terjebak di sana karena usia senja.

ISIS Masuki Raqqa

Selama tinggal dan bekerja di Kota Raqqa, Sri Rahayu menyaksikan secara langsung tatkala ISIS memasuki kota tersebut. Ia mengaku mendengar orang-orang berlarian sambil berteriak ketakutan bahwa kelompok militan itu memasuki Kota Raqqa dan merebut gudang senjata milik Batalion 17 tentara Suriah.

Sejak saat itu, ISIS menguasai kota dan bendera hitam menjadi pemandangan lazim di Kota Raqqa.

Selama tinggal di bawah kontrol ISIS, Sri Rahayu selalu mengenakan pakaian hitam dengan cadar menutup rapat wajahnya ketika keluar rumah atau sekadar membersihkan halaman agar tidak diketahui berasal dari Indonesia.

Suatu hari, ketika berbelanja di Pasar Raqqa, ia melihat kepala-kepala manusia dijejerkan di pinggir jalan setelah dipenggal. Sri pun membatalkan niatnya belanja dan lari pulang ketakutan ke rumah majikan.

Dari bahasa dan logat bicaranya, Sri mengenali banyak tentara ISIS di Kota Raqqa berasal dari Arab Saudi, Tunisia, India dan beberapa orang kulit putih. Tetapi dia tidak pernah bertemu dengan orang Indonesia.

Di hari lain, perempuan yang pernah bekerja di Arab Saudi selama 20 tahun itu disuruh oleh majikannya untuk membeli rokok secara sembunyi-sembunyi. Ia tahu ISIS mengharamkan rokok dan akan menghukum keras para perokok.

Sebelum tiba di tempat penjual rokok, ia dicegat oleh anggota ISIS dan ditanya akan ke mana.

"Saya akan membeli sesuatu ke pasar," jawab Sri seperti dikutip dari BBC Indonesia, Kamis (17/3/2016).

Tentara ISIS tersebut lantas memerintahkan ia untuk kembali ke rumah karena tidak didampingi oleh lelaki muhrimnya. “Untung rokok belum di tangan."

Sejak Raqqa dikuasai ISIS, sebagaimana dipaparkan Sri kepada diplomat Indonesia di Suriah, kebutuhan bahan pokok menjadi sangat sulit. Pada bulan Ramadan 2014, ia bercerita mengantre membeli roti hingga terpaksa menginap di pabrik roti.

Upaya Evakuasi

Sejak menerima informasi tentang keberadaan Sri Rahayu pada Juni 2015, KBRI Damaskus mencari cara agar bisa mengevakuasi perempuan itu dari Raqqa. Kendalanya, pemerintah Suriah tak lagi mengendalikan Kota Raqqa, sedangkan akses dari dan ke kota itu ditutup ketat oleh milisi ISIS.

Setelah menyusun rencana bersama, dipilihlah seorang pegawai agen tenaga kerja yang mengenal wilayah medan pegunungan Aleppo -- Raqqa untuk menjemput Sri Rahayu. Pada waktu yang dianggap tepat, Sri dievakuasi melalui perjalanan darat dari gunung ke gunung secara diam-diam selama enam hari.

Untuk mengelabui pasukan ISIS, Sri Rahayu dan pegawai agen Sana mengaku sebagai suami istri. Sri Rahayu lalu berhasil dibawa ke Kantor Konsuler RI cabang Aleppo pada Januari 2016. Setelah semua hak dan urusan selesai diperjuangkan di Aleppo, Sri diantarkan ke Damaskus pada 12 Maret 2016.

Saat ini Sri Rahayu bersama puluhan TKI lainnya tengah bersiap menuju Indonesia.

Duta Besar RI Damaskus, Djoko Harjanto, menyampaikan bahwa keberhasilan Tim Konsuler KBRI Damaskus dalam menyelamatkan Sri Rahayu patut diapresiasi.

"Tanpa jejaring yang kuat antara KBRI Damaskus, pemerintah Suriah, dan tokoh masyarakat, mustahil dapat mengemban misi utama perlindungan WNI di tengah gejolak konflik Suriah ini," ujar Djoko.

Penyelamatan TKI dari wilayah konflik di Suriah, menurut Pejabat Fungsi Konsuler merangkap Penerangan Sosbud KBRI Damaskus, AM Sidqi, bukan kali pertama. Menurutnya, KBRI Damaskus juga menyelamatkan seorang TKW asal Subang bernama Casih binti Waan dari kepungan ISIS di Deir Ezzor. Casih kala itu dievakuasi menggunakan helikopter tentara Suriah.

Sejak konflik meletus di Suriah pada 2011, KBRI Damaskus telah memulangkan sebanyak hampir 13 ribu orang WNI dari Suriah ke Indonesia.