Liputan6.com, Jakarta Foto menyedihkan seekor duyung terikat dalam kerangkeng bawah air di Indonesia telah diunggah ke dunia maya.
Menurut laporan, duyung dewasa terikat pada bagian buntut sementara anaknya dipisahkan dalam kerangkeng, namun tidak terikat.
Baca Juga
Foto dan video hewan air tersebut diambil oleh sekelompok penyelam dekat pulau terpencil Kokoya, bagian utara Maluku.
Advertisement
Spesies duyung sekarang ini terancam punah. Menurut para penyelam, hewan tersebut disandera oleh nelayan setempat yang ingin mengambil keuntungan dari hewan itu dengan meminta bayaran kepada orang yang ingin melihatnya.
"Dia menawarkan kepada kami untuk melihat dan mengambil foto seekor duyung dengan membayar sejumlah uang," ungkap seorang penyelam, Delon Lim kepada The Dodo.
Dikutip, Daily Mail, Kamis (17/3/2016), tidak diketahui berapa lama hewan malang itu ditahan dalam kerangkeng, tapi Lim menduga sudah berminggu-minggu.
"Talinya sudah uang dan tidak layak. Luka pada buntutnya terlihat sangat dalam. Sungguh menyedihkan," ungkapnya.
Sementara itu, penyelam lainnya, Ryandito Mahendradani, mengungkapkan melalui akun Instagram bahwa duyung dewasa telah mengalami luka-luka yang cukup serius.
Terkejut dengan apa yang mereka saksikan, kelompok penyelam itu meminta kepada nelayan untuk melepaskan duyung tersebut. Menurut laporan pada saat itu, nelayan tersebut hanya mengatakan akan melepasnya.
Baca Juga
"Ketika kami pergi meninggalkan pulau itu, nelayan setuju untuk melepaskannya," ungkap Lim kepada The Dodo.
"Tapi karena tidak yakin dia akan melepaskan hewan malang itu, aku unggah rekaman video duyung ke media sosial," lanjutnya.
Upaya penyelam untuk mendapatkan reaksi melalui media sosial dilakukan dengan mengirim kicauan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Memberikan perhatian kepada pemerintah terhadap penderitaan duyung tersebut.
Keesokan harinya, 14 Maret 2016, hewan tersebut dibebaskan oleh pemerintah setempat.
Duyung yang dikenal juga sebagai lembu laut, bergantung kepada rumput laut sebagai sumber makanan, sehingga penyebaran hewan ini terbatas pada kawasan pantai tempat ia dilahirkan. Hewan itu membutuhkan kawasan jelajah yang luas, perairan dangkal serta tenang, seperti di kawasan teluk dan hutan bakau.
Â