Sukses

Buron Paling Dicari di Dunia Tertangkap Gara-gara Piza

Salah Abdeslam diyakini menjadi dalang serangan teror Prancis pada 13 November 2015, yang menewaskan 130 orang.

Liputan6.com, Brussel - Salah Abdeslam menjadi salah satu orang paling dicari di muka Bumi. Anggota ISIS tersebut dianggap bahaya setelah diyakini menjadi dalang serangan teror Prancis pada 13 November 2015, yang menewaskan 130 orang.

Perburuan selama 4 bulan yang dilakukan kepolisian Prancis dan Belgia, akhirnya berakhir Jumat 18 Maret 2016.

Yang menarik, penangkapan Abdeslam dimungkinkan berkat piza.

Awalnya, 6 polisi yang bertugas patroli siang mengecek sebuah rumah, yang diyakini bekas markas para teroris di Forest, wilayah pinggiran Brussel. Tiba-tiba, mereka diberondong senapan Kalashnikov, 4 dari mereka terluka.


Polisi bersenjata kemudian mengejar para tersangka ke atap bangunan. Penggerebekan itu menewaskan seorang tersangka.

Di dalam bangunan itu, aparat menemukan sidik jadi Abdesalam yang menempel di gelas. Itu meyakinkan mereka bahwa tersangka utama ada di dekat mereka.

Pada Rabu 16 Maret 2016, seorang perempuan yang tinggal di sebuah rumah di kawasan Molenbeek, 450 meter dari rumah Abdeslam memesan sejumlah piza. Pesanan dalam jumlah besar tersebut menguatkan keyakinan polisi bahwa ada banyak orang yang ada di dalamnya.

Dua hari kemudian, polisi menggerebek rumah tersebut. Di dalamnya mereka menemukan seorang perempuan bersama dua rekannya, beberapa anak-anak, dan Abdeslam.

Tersangka utama secara dramatis tertembak di bagian kaki dan ditahan. Aparat mengatakan, Abdeslam membawa dokumen palsu.

Polisi Belgia menangkap Salah Abdeslam, tersangka pelaku pemboman di Paris, di Molenbeek, Brussels, Belgia, (18/3). Abdeslam diamankan setelah tembak-menembak dengan petugas kepolisian di Brussels pada hari Jumat. (REUTERS/VTM)

Penanggapan Abdeslam adalah langkah vital dalam investigasi kasus serangan teror paling mematikan di Prancis.

Polisi menduga, Abdeslam -- pria berkewarganegaraan Prancis yang lahir di Belgia, mengarahkan 3 bomber yang meledakkan bom bunuh diri di Stade de France.

Saudaranya, Ibrahim meledakkan diri luar kafe Comptoir Voltaire. Sementara, Salah Abdeslam diyakini membuang rompi peledaknya di tumpukan sampah di Paris, selatan sebelum menghubungi rekannya, memintanya untuk mengantarnya ke Brussel.

Pria 26 tahun itu menjadi tersangka pertama yang ditangkap hidup-hidup.

 

Penjara Isolasi

Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan, pihaknya akan mengusahakan ekstradisi Abdeslam -- yang kini ditahan di penjara superketat di Bruges, namun pengacara tersangka teroris itu berusaha menggagalkan niat tersebut.

Pengacaranya, Sven Mary beralasan, pihaknya keberatan atas tindakan kejaksaan Prancis yang membocorkan materi pemeriksaan pertama dengan tersangka ke para jurnalis.

"Abdessalam berharga bak emas. Ia mau bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik. Tersangka tak menggunakan haknya untuk tetap diam," kata dia seperti dikutip dari News.com.au, Senin (21/3/2016)

Sementara, Menteri Luar Negeri Belgia, Didier Reynders mengatakan, Abdeslam siap melakukan 'sesuatu' di Brussel.

"Itu mungkin nyata, sebab kami menemukan banyak senjata, persenjataan berat. Pada investigasi awal kami menemukan jaringan baru terkait dia di Brussel," kata dia.

Sementara, jaksa Paris Francois Molins mengatakan, Abdeslam memainkan 'peran sentral' dalam merencanakan serangan teror, yang menargetkan bar, restoran, dan gedung konser Bataclan.

Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve mengatakan, penangkapan Abdeslam adalah 'hantaman besar'  bagi operasi ISIS di Eropa.

Namun, kementerian mengatakan tingkat ancaman teror masih tinggi. Prancis mengerahkan pasukan di perbatasan, misalnya di Neuville-en-Ferrain.

Abdeslam diyakini sebagai satu-satunya tersangka yang masih hidup dari 10 militan yang melakukan serangan di Paris.

Aparat kini masih mencari 2 tersangka yang diyakini memiliki keterkaitan dengan aksi teror tersebut, yakni Mohamed Abrini -- yang berkawan Abdeslam saat remaja dan salah satu buron yang dikenal dengan nama palsunya, Soufiane Kayal.