Sukses

Waspada, Kenaikan Permukaan Air Laut di Tiongkok Mengkhawatirkan

Berdasarkan laporan, kenaikan permukaan air laut di Tiongkok di atas rata-rata angka global. Pemerintahnya diimbau untuk waspada.

Liputan6.com, Beijing - Rata-rata kenaikan permukaan air laut di Tiongkok dalam kurun waktu 1980-2015 mencapai 3 milimeter. Berdasarkan laporan yang dirilis oleh State Oceanic Administration, angka tersebut lebih tinggi dari angka secara global.

Tahun 2006 sampai 2015 menjadi dekade yang memiliki angka kenaikan paling tinggi dibanding dengan 30 tahun lalu. Permukaan air laut dalam periode itu meningkat antara 32 hingga 66 milimeter.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa meningkatnya suhu laut serta melelehnya gletser dan lapisan es akibat pemanasan global berkontribusi pada cepatnya kenaikan permukaan air laut di dunia.

Seperti yang dikutip dari en.people.cn pada Rabu (23/3/2016), suhu udara dan air laut yang meningkat karena perubahan iklim sejalan dengan rendahnya tekanan udara di wilayah pesisir yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut.

Berdasarkan data statistik, permukaan air laut di Tiongkok pada 2015 turun sebesar 21 milimeter dari 2014. Hal tersebut disebabkan karena kuatnya fenomena El Nino yang mempengaruhi bagian tengah dan timur khatulistiwa Samudera Pasifik.

Laporan tersebut juga menyarankan pemerintah untuk mempertimbangkan kenaikan permukaan laut ketika merencanakan pembangunan daerah pesisir untuk memastikan keselamatan dan pencegahan bencana.

Sebuah laporan lain juga mengungkapkan bahwa bencana yang terjadi di lautan Tiongkok pada 2015 berdampak pada penurunan langsung di bidang ekonomi dengan kerugian sebesar 7,27 miliar yuan atau setara dengan Rp 14,7 triliun serta menyebabkan 30 orang tewas.

Data tersebut menunjukkan, baik kematian dan penurunan ekonomi langsung pada tahun lalu, lebih rendah daripada rata-rata penurunan dekade yang lalu.

Laporan itu juga mencatat bahwa badai laut mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar 99,8 persen dan menjadi penyebab 77 persen kematian.

Pada 2015, provinsi yang terletak di pesisir seperti Zhejiang, Fujian, dan Guangdong mengalami dampak paling besar akibat bencana yang terjadi di laut dengan kerugian ekonomi secara langsung sebesar 97 persen.