Liputan6.com, Brussels - Seorang remaja dilaporkan terluka dalam serangan bom di Brussel pada Selasa 22 Maret lalu. Namun ia mungkin adalah orang paling beruntung dalam situasi yang paling berbahaya dalam hidupnya.
Sebab remaja 19 tahun dari Utah, Amerika Serikat itu terhindar maut 3 kali berturut-turut. Ia selamat dari teror bom di Boston dan Paris sebelum insiden di Belgia.
Adalah Mason Wells yang dirawat di rumah sakit karena luka parah setelah bom meledak di Bandara Zaventem, Belgia. Ia tak sendiri. Bersamanya 2 orang misionaris Mormon, Richard Norby dan Joseph Empey yang juga terluka.
Advertisement
Remaja itu yang terkena luka bakar tingkat dua hingga empat di tangan dan kepalanya serta tendon Archillesnya robek saat bom meledak di meja check in di terminal keberangkatan.
Baca Juga
Sungguh luar biasa, Mason hingga kini masih hidup. Ia juga merasa beruntung bisa selamat setelah mengalami berbagai peristiwa terorisme.
"Mason mengatakan bahwa ia merasa bersyukur bisa selamat, karena ia tepat berada di samping bom," tutur Kymberly Wells, sang ibu kepada Utah Valley, seperti dilansir News.com.au, Rabu (23/3/2016)
"Ia terdengar lelah," lanjutnya lagi.
Remaja pemberani itu juga meyakinkan sang ibu bahwa lukanya tidak terlalu parah, kendati ia berada dekat dengan sumber ledakan yang mematikan itu.
Dua ledakan terjadi di bandara sementara 90 menit kemudian, meledak di stasiun metro bawah tanah. 34 tewas dan 250 luka.
Sang ayah, Chad Wells mengatakan Mason harus melakukan pembedahan di kakinya untk memperbaiki otot tendonnya yang robek.
"Ia juga mengalami luka bakar serta luka akibat serpihan benda tajam," lanjut Wells senior dalam pernyataan keluarga.
"Kami telah berbicara secara langsung dengannya dan ia mengatakan bersyukur lukanya tak membuat nyawanya melayang padahal ia dekat dengan bom... Kami bersyukur anak laki-laki kami selamat dan menerima perawatan yang berkualitas," tambah pernyataan keluarga.
Wells senior mengatakan anak laki-lakinya melakukan kegiatan misionaris di Brussel dan berencana melamar ke Akademi Angkatan Laut AS sekembalinya dari Belgia. Namun, nampaknya rencana itu harus tertunda.
"Ia mencintai Brusel, orang-orangnya. Di kota itu adalah impiannya seumur hidup untuk berbakti kepada gereja. Namun, tragedi mengerikan terjadi," kata sang ayah.
"Ini adalah serangan teroris ketiga untuknya," lanjut Chad Wells lagi. Ia menjelaskan anaknya selamat di bom Boston dan Paris. Saat di Boston ia juga dekat dengan garis finish, di mana bom meledak. Sementara saat di Paris anaknya tengah berada di salah satu kafe tak jauh dari stadion.Â
"Kita kini tinggal di dunia yang berbahaya. Tak ada cinta dan kasih," kata Chad.
Ketiga pendeta Mormon itu ditemani juga oleh misionaris lainnya yaitu, Suster Fanny Rachel Clain dari Prancis di bandara itu. Suster Fanny yang rencananya bertolak ke Ohio, AS itu berhasil masuk ke ruang tunggu, namun terkena dampak ledakan.
Mason sendiri menyelesaikan misinya di Brussel untuk kembali ke AS, memulai tahun akademiknya di University of Utah.