Sukses

Terkait Aksi Teror, 7 Pria Ditahan di Brussel dan Paris

Sekitar 40 warganegara telah menjadi korban tewas ataupun terluka akibat serangan bom kembar itu.

Liputan6.com, Brussel - Polisi Brussel tengah menahan dan menginterogasi 6 pria terkait dengan serangan di bandara dan stasiun bawah tanah. Sejumlah laporan lain mengatakan, seorang pria ditahan di Paris dan disinyalir memiliki hubungan dengan jaringan teroris.

Kantor Jaksa Federal Belgia mengatakan penahanan itu terjadi 2 hari setelah bom kembar menewaskan 340 orang dan melukai 250 orang. Mereka ditahan setelah polisi menggerebek kawasan Schaerbeek dan Jette, pinggiran Brussel juga di tengah kota.

Menurut juru bicara, 3 orang ditahan di dalam mobil yang terparkir di depan gedung jaksa federal.

Sejumlah bukti menyimpulkan bom kembar di Belgia memiliki kesamaan jaringan dengan ISIS yang berhasil memporakporandakan Paris pada November 2015 lalu.

 

Sementera itu, Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve mengatakan 1 pria ditahan di Argenteuil, dekat Paris.

"Pria itu memiliki hubungan dengan jaringan terorisme yang telah menyerang negara kami, namun hingga sekarang kami masih menelusuri bukti apakah ia melakukan serangan di Paris dan Brussel," kata Cazeneuve, seperti dilansir dari The Guardian, Jumat (25/3/2016)

Namun, kantor berita Prancis mengutip sumber kepolisian, pria warga negara Prancis itu bernama Reda Kriket mengatakan menjalani persidangan absentia bersama Abdelhamid Abaaoud, dalang penyerangan 13 November. Saat itu ia menerima hukuman 10 tahun penjara.

Majalah Le Point melaporkan Kriket memiliki catatan kriminal seperti perampokan bersenjata dan salah satu anggota penting jaringan Zerkani, sebuah kelompok teroris Belgia yang bertanggung jawab mengirimkan setidaknya 30 orang pemuda Belgia untuk berlatih di Suriah. Sejumlah bahan peledak dilaporkan ditemukan di apartemennya.

Sementara itu pihak otoritas Belgia mendapat kecaman karena dianggap tak serius menangani anti-terorisme. Menteri dalam negeri dan kehakiman, Jan Jambon dan Koen Geens, berencana mundur setelah mengetahui 3 pelaku bom sebenarnya berada dalam radar pengawasan.

Para menteri itu mengakui kesalahan mereka karena tak bisa menahan Ibrahim el-Bakraoui yang sebelumnya pernah diekstradisi Turki karena aksi teroris.

Sekitar 40 warga negara telah menjadi korban tewas ataupun terluka akibat serangan bom kembar itu.