Liputan6.com, Northern Territory - Zen Mohamad Kassim masih ingat jelas hari pertama pelatihannya dengan Kepolisian Australia Barat pada tahun 2008. Dia merupakan satu-satunya wanita di ruangan itu yang memakai kemeja tangan panjang dan hijab.
"Mayoritas dari peserta pelatihan adalah pria dan wanita berkulit putih," kata Zen seperti dikutip dari Australia Plus, Sabtu (26/3/2016).
Zen Mohammad Kassim pindah ke Perth dan bergabung dengan kepolisian Australia Barat setelah 18 tahun bekerja di Singapura.
Baca Juga
Baca Juga
"Pada tahun 2007, Kepolisian Australia Barat datang ke Singapura untuk melakukan perekrutan. Kemudian saya ikut mendaftarkan diri," ucap dia.
"Kondisi ini tidak membuat saya merasa terintimidasi, tapi memang sangat berbeda dengan keadaan ketika aku menjadi polisi di Singapura," tutur dia mengenai hari pertama pelatihannya.
"Orang-orang di sekitarku memandangiku, tapi di Australia Barat aku memang benar-benar berbeda," tambah dia.
Zen Mohammad Kassim sekarang berpangkat Konstabel Senior dan menjadi petugas multikultural di Kepolisian Australia Barat.
Tugas utama polisi wanita (polwan) yang satu ini adalah menangani pengungsi dan pendatang yang baru tiba di Perth, untuk mendorong mereka percaya dengan polisi. Dan usaha Kassim baru-baru ini menerima penghargaan di Penghargaan Prestasi Multikultural.
Dia mengatakan, migran dan pengungsi takut pada polisi karena kebanyakan di negara asal mereka polisi bersikap agresif, tidak bisa didekati, dan terkadang meminta sogokan.
"Saya bisa lihat di komunitas multikultur kalau polisi sangat ramah, kami tulus dalam apapun yang kami lakukan dan kami dekati," kata dia.
"Saya katakan kepada mereka, Anda bisa mendatangi kantor polisi manapun atau menelpon polisi dan mereka akan memberikan bantuan."
Kassim yakin tugas menjangkau komunitas multikultur yang dilakukannya akan membuat perbedaan.
"Ada lebih banyak wanita dari komunitas pendatang yang membuka pintu dan mulai melaporkan insiden KDRT yang dialaminya," jelas Kassim.
Advertisement
Tapi dia mengatakan, polisi juga perlu terus merekrut lebih banyak orang dari latar belakang beragam seperti dirinya.
"Jika Kepolisian Australia Barat tidak merekrut lebih banyak petugas dengan latar belakang yang beragam, aku dapat melihat ini akan menjadi bencana," imbuh dia.
"Jika terjadi insiden yang melibatkan seseorang dengan latar belakang pendatang, setidaknya kita memiliki polisi dengan latar belakang itu akan lebih mudah bagi kita untuk menyelesaikan masalah itu. Kita bisa lebih peka secara budaya karena kita tahu kebudayaan dan agama itu."