Sukses

Dua Kisah Dokter Disabilitas Layani Warga Selama Belasan Tahun

Tak mau tunduk keapda takdir, dokter-dokter ini telah memberikan pelayanan hingga belasan tahun.

Liputan6.com, Chongqing - Amputasi adalah operasi pemotongan seluruh atau sebagian anggota tubuh seperti lengan, tangan, kaki, atau jari.

Jutaan orang di seluruh dunia hidup dengan keadaan amputasi. Penyebabnya bisa karena penyakit atau kecelakaan. 

 

Kehilangan bagian salah satu anggota tubuh dapat meluapkan emosi siapa saja. Membuat mereka putus asa dan takut karena kehilangan salah satu kemampuan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, tak semua mereka yang diamputasi menurunkan semangat hidup.

Justru sebaliknya, mereka penasaran apa yang mereka bisa lakukan untuk melanjutkan hidup. Seperti kisah dua dokter di China yang mampu menerapkan ilmu mereka kepada komunitas mereka.

Dikutip Shanghaiist, Senin 23 Maret 2016 inilah kisah dua dokter yang tak gentar menghadapi cobaan hidup di China yang diamputasi.

2 dari 3 halaman

Li Juhong, 37 tahun

Li Juhong, 37 tahun adalah seorang dokter dari pinggiran Chongqing. Ia tidak memiliki kaki.

Kedua kakinya harus diamputasi setelah mengalami kecelakaan mobil. Tidak putus asa, masa pemulihannya di rumah sakit memberikan inspirasi pada untuk menjadi seorang dokter.

Juhong telah menghabiskan 30 kursi kecil selama 15 tahun berkarir sebagai dokter. (shanghaiist)

Sudah hampir 15 tahun, Juhong menjadi dokter di sebuah desa di China. Untuk melakukan perjalanan, ia menggunakan kursi kayu saat melakukan kunjungan para pasiennya.

Sejak kehilangan kakinya pada tahun 1983, Juhong telah berlatih bergerak dengan dua kursi kayu. Kerja keras dan latihan selama berjam-jam membuatnya andal untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya pada usia 8 tahun, seperti yang dilaporkan Tencent.

Akibat dari kecelakaannya memberikan hasrat untuk menjadi seorang dokter, untuk membantu mereka yang sakit dan selamatkan nyawa orang.

Setelah lulus dari SMK, Juhong mulai bekerja di klinik desa Wadian pada tahun 2001.

Selama 15 tahun bekerja sebagai dokter desa, Li telah memakai 30 kursi. Terkadang untuk menghemat waktu, ia digendong suaminya untuk menemui pasiennya.

Guna menghemat waktu dan tenaga, terkadang suami Juhong mengantarnya ke rumah pasien dengan menggendongnya. (shanghaiist)

"Jika dibandingkan dengan yang lainnya aku telah menghadapi kesulitan yang tak terhingga," kata Juhong.

"Tapi aku selalu mengatakan kepada diriku bahwa 'Tuhan akan membantu jika seseorang membantu dirinya sendiri,' untuk memberikan diriku motivasi.

Putranya kini berniat untuk mengikuti jejak langkah ibunya untuk menjadi seorang dokter. (shanghaiist)

Menurut catatan pemerintah, Juhong telah memberikan batuan kepada 6.000 penduduk desa selama 15 tahun berkarir sebagai dokter.

Putranya yang kini berusia 12 tahun kini berniat untuk mengikuti jejak langkah ibunya untuk menjadi seorang dokter.

3 dari 3 halaman

Ji Zhengyong, 36 tahun

Juhong bukan satu-satunya dokter di Chongqing tanpa kaki yang bekerja sebagai dokter.

Pria bernama Ji Zhengyong telah bekerja sebagai dokter panggilan selama lebih dari 12 tahun. Serupa dengan Juhong, Zhengyong kehilangan kaki kanannya karena kecelakaan mobil. Ia kehilangan kaki kanan pada usia 14 tahun.

Serupa dengan Juhong, Zhengyong kehilangan kaki kanannya dalam kecelakaan mobil. (shanghaiist)

Menolak untuk tunduk kepada takdir, ia memutuskan untuk menjadi dokter, membantu mereka yang membutuhkan.

Setelah kecelakaan, Jiu terpaksa putus sekolah selama satu tahun sebelum menjalani kehidupannya, sekarang ia berjalan dengan bantuan kruk.

Dengan tekad dan latihan selama berjam-jam, Ji akhirnya terbiasa menggunakan satu kruk untuk berjalan.

Setelah lulus SMA, Ji mendaftarkan diri ke Universitas Yuzhou di Chongqing mengambil  jurusan Pengobatan Tradisional China. Ia mendapatkan gelar kedokteran pada tahun 2003.

Hujan atau tidak, siang atau malam, Ji membawa kotak medis dengan genggaman kuat saat melakukan kunjungan ke rumah pasiennya.

Menolak untuk tunduk kepada takdir, ia memutuskan untuk menjadi dokter, membantu mereka yang membutuhkan. (shanghaiist)

"Awalnya, aku selalu jatuh. Namun, akhirnya aku terbiasa untuk berjalan dengan kruk dengan langkah yang agak cepat," cerita Ji.

Luka dan lebam dari pengalaman aku jatuh ada di wajahku. Para pasien membutuhkan aku, jadi tak peduli seberapa parah luka yang kualami aku harus bisa sampai ke rumah mereka untuk melakukan pengobatan.."

Ketika Ji mendapatkan panggilan rumah, ia akan melakukan perjalanan secepat mungkin. Selama 12 tahun, ia telah menggunakan 45 kruk.

Tak tega dengan panggilan seorang pasien Ji bahkan pernah menerima panggilan saat hari libur besar.

"Ketika itu adalah hari pertama perayaaan musim semi," cerita salah satu pasiennya.

"Umumnya ia tak harus menerima panggilan ke rumah, tapi ketika itu aku menderita karena demam tinggi sekitar tengah malam. Setelah menghubungi dokter Ji, ia tiba di rumahku 10 menit kemudian."

Tak tega dengan panggilan seorang pasien Ji bahkan pernah menerima panggilan saat hari libur besar. (shanghaiist)

Selama 12 tahun, Ji telah memberikan pengobatan kepada sejumlah warga desa secara cuma-cuma.

"Mereka ada yang miskin dan beberapa di antaranya dari tidak bisa tidak mampu untuk membeli obat," ungkap Ji.

"Secara etika, menjadi seorang dokter, aku tak mungkin membiarkan mereka menderita. Lagi pula aku memiliki pemasukan 3.000 yuan setiap bulannya."

Meski telah mendapatkan penghormatan dar warga desa, ia tak pernah berhenti untuk mengembangkan ilmunya. Ia telah berhasil lulus ujian izin praktek  dan melanjutkan ilmu pengetahuannya hingga Chongqing Medical University.

Selama 12 tahun, Ji telah memberikan pengobatan kepada sejumlah warga desa secara cuma-cuma. (shanghaiist)

Warga desa menganggap Ji, sebagai malaikat berjubah putih dan selalu memberikan acungan jempol ketika namanya muncul.

"Aku hanya melakukan tugasku sebagai dokter,. Kepercayaan warga desa terhadap diriku adalah hal terpenting, dan memberikan pelayanan lebih baik kepada mereka adalah sesuatu yang bisa ku berikan kepada mereka!"

 

Video Terkini