Liputan6.com, Washington DC- Federal Biro Investigasi AS (FBI) akhirnya telah berhasil membuka Iphone milik salah satu pelaku yang terlibat dalam penembakan San Bernardino, California.
Keberhasilan tersebut mengakhiri kasus pengadilan antara badan investigasi pemerintah tersebut dengan perusahaan Apple. Perusahaan ini sebelumnya menolak mentah permintaan pemerintah AS untuk memberikan bantuan membuka Iphone sang penembak yang terkunci dengan kata sandi.
FBI pun akhirnya beralih kepada pihak eksternal dan menyatakan bahwa bantuan perusahaan Apple yang tak kunjung datang tidak lagi diperlukan.
Advertisement
Jaksa Federal AS, Eileen Decker mengonfirmasi bahwa FBI kini bergantung pada pihak luar untuk menguak Iphone milik salah satu penembak di San Bernardino pada tanggal 2 December 2015 lalu.
Baca Juga
“Dengan adanya bantuan dari pihak ketiga, FBI dapat mengakses Iphone tersebut tanpa membongkar informasi yang ada di dalamnya,” ia berkata dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Senin 28 Maret 2016, seperti dikutip dari france24, Selasa (29/3/2016).
Jaksa Decker lanjut menjelaskan bahwa pemerintah AS awalnya ingin bantuan Apple untuk membuka akses Iphone sebagai bentuk komitmen serius kepada para korban penembakan San Bernardino.
Penolakan dari perusahaan Apple tidak membuat pemerintah AS putus asa dalam mencari bala bantuan dari pihak lainnya. Ditemukannya pihak lain yang bersedia membantu akhirnya membuat kasus pengadilan diberhentikan.
“Pemerintah AS telah berhasil mengakses data yang tersimpan pada Iphone milik Syed Rizwan Farook dan karena itu tidak lagi memerlukan bantuan dari perusahaan Apple Inc,” kata Jaksa Federal.
Informasi mengenai pihak ketiga yang membantu FBI mengakses Iphone Farook masih simpang siur. Namun, timesofisrael melaporkan bahwa pemerintah AS telah dibantu oleh perusahaan forensik Israel.
Apple Inc sebelumnya menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah AS membuka Iphone Farook, salah satu penembak di San Bernardino.
Apple, didukung oleh perusahaan teknologi raksasa lainnya seperti Google dan Facebook, menentang keras untuk bekerja sama dengan pemerintah AS. Menurut perusahaan ini, pembukaan akses akan memberikan dampak buruk yang berkepanjangan terhadap keamanan digital dan juga privasi pemilik.
"Apple percaya bahwa pengguna produk kami di Amerika Serikat dan seluruh dunia layak dilindungi data dan dipastikan keamanan privasinya. Mengorbankan satu saja bisa menimbulkan resiko yang jauh lebih besar nantinya," pihak perusahaan Apple Inc dalam sebuah pernyataan di nytimes pada 17 Februari 2016, seperti dimuat Selasa, (29/32016).
Apple menyayangkan kasus ini sempat dibawa ke ranah pengadilan dan berkomitmen untuk terus meningkatkan keamanan produknya.
Pada tanggal 2 Desember 2015, sepasang suami istri, Syed Rizwan Farook dan Tashfeen Malik melakukan penembakan di Inland Regional Center, San Bernardino, California yang merengut nyawa 14 orang dan melukai setidaknya 18 orang. Mereka pun akhirnya juga tewas dilumpuhkan oleh pihak otoritas.