Liputan6.com, London - Sebanyak 11 juta dokumen berisi nama-nama tokoh dunia yang diduga menyembunyikan uang dan menghindari pajak terkuak. Dokumen yang bocor itu justru dari perusahaan paling tertutup di dunia, biro hukum Mossack Fonseca yang berpusat di Panama.
Dokumen itu memperlihatkan bagaimana Mossack Fonseca membantu para klien untuk mencuci uang mereka, menghindari sanksi, dan kabur dari pembayaran pajak.
Menurut BBC, Senin (4/4/2016), perusahaan itu telah beroperasi selama 40 tahun dan tak pernah terlibat urusan kriminal.
Advertisement
Panama Papers, demikian dokumen itu disebut memperlihatkan 72 pemimpin serta mantan kepala negara, termasuk para diktator yang merampas harta negaranya.
Â
Baca Juga
Gerard Ryle, direktur International Consortioum of Investigate Journalists (ICIJ), mengatakan dokumen itu memperlihatkan bisnis sehari-hari Mossack Fonseca selama 40 tahun terakhir.
"Saya pikir kebocoran itu akan terbukti sebagai pukulan terbesar bagi dunia surga penghindar pajak perusahaan di daerah bebas pajak atau offshore karena luasnya dokumen itu," kata Ryle.
Ke-11 juta dokumen milik perusahaan tersebut pertama kali didapatkan oleh media Jerman, Suddeutsche Zeitung yang kemudian membagi datanya kepada ICIJ dan media Inggris, The Guardian. Mereka menerima 11 juta dokumen dalam bentuk data sebesar 2,6 terabytes, atau muat sekitar 600 DVD. Menurut ICIJ ini adalah data terbesar perusahaan penghindar pajak yang pernah bocor. Sebelumnya, WikiLeaks pernah melakukan hal yang sama pada 2013.
Data dalam dokumen itu mengandung rahasia-rahasia perusahaan offshore yang terkoneksi dengan keluarga serta teman dekat mantan presiden Mesir Hosni Mubarak, mantan presiden Libya Muammar Khadaffi, serta Presidend Suriah Bashar al-Assad.
Koneksi Rusia
Yang paling menggemparkan dari isi dokumen itu adalah pencucian uang US$ 2,6 miliar diduga dilakukan oleh sebuah bank di Rusia dan terkait dengan orang dekat Presiden Vladimir Putin.
Bank tersebut adalah Bank Rossiya yang sebelumnya diberi sanksi oleh AS dan Uni Eropa terkait dengan aneksasi Rusia terhadap Krimea.
Dokumen itu mengungkap bagaimana bank tersebut beroperasi, seperti sejumlah uang digelontorkan lewat beberapa perusahaan minyak lepas pantai. Dua di antaranya dimiliki resmi oleh teman baik Putin.
Salah satunya, dimiliki oleh pemain Celo terkenal, Sergei Roldugin. Ia mengenal Putin semenjak masih remaja dan menjadi ayah baptis bagi Maria -- putri sang presiden.
Dalam dokumen, Roldugin disebut mendapatkan keuntungan ratusan juta dolar dari perjanjian yang mencurigakan.
Namun, perusahaannya membantah dengan mengatakan, "Prinsip perusahaan yang bekerja sama dengan pihak lain, memberlakukan perlindungan identitas dan menjaga rahasia pihak lain tersebut."
Bank Rossiya sendiri dikepalai oleh Yuri Kovalchuk. Menurut Guardian, salah satu media yang mendapatkan bocoran Dokumen Panama, Kovalchuk adalah bankir pribadi bagi para politisi senior Rusia.
Menurut dokumen itu, ia dan banknya mendapat dana sekitar US$ 1 miliar dari perusahaan offshore , Sandalwood Continental.
Putin Bukan Satu-satunya
Dalam dokumen itu, Putin bukan satu-satunya pejabat (yang masih aktif) yang diduga melakukan pencucian uang.
Kebocoran itu membuat dampak besar bagi 200 ribu perusahaan, yayasan, dan trust, antara lain perusahaan offshore yang diduga terkait dengan keluarga Presiden China, Xi Jinping.
Perdana Menteri Islandia, Sigmundur David Gunnlaugsson dan istrinya diam-diam memiliki perusahan di yuridiksi offshore yang menyimpan jutaan dolar dari surat utang Iceland Bank selama negara itu mengalami krisis finansial.
Tak hanya kepala negara, organisasi sepak bola dunia, FIFA berada dalam dokumen itu. Kantor pengacara anggota komite etknik FIFA, Juan Pedro Damiani diduga memiliki hubungan bisnis dengan tiga pria dalam skandal organisasi itu.
Pemain sepak bola Lionel Messi dan ayahnya terdaftar dalam dokumen itu melakukan sejumlah pencucian uang.
Setidaknya ada 33 orang dan perusahaan dalam dokumen itu berada dalam daftar hitam AS karena dianggap melanggar HAM dan kesalahan lainnya, seperti Korea Utara, Iran, dan Hezbollah.
Nama lain yang tertera dalam dokumen itu adalah Presiden Argentina, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz bin Abdulrahman al Saud, Presiden Ukraina, Mantan perdana menteri Georgia dan Irak. Lainnya adalah mantan Perdana Menteri Qatar dan Presiden Sudan.