Sukses

Nama Bocor di Panama Papers, PM Islandia Menolak Mundur

PM menolak mundur setelah detil tentang perusahaannya, Wintris, yang dimiliki bersama istrinya bocor ke publik lewat Panama Papers itu.

Liputan6.com, Reykjavik - Ribuan warga berkumpul di depan gedung parlemen Islandia menuntut Perdana Menteri Sigmundur Gunnlaugsson melepas jabatannya setelah namanya disebut-sebut dalam bocoran dokumen Panama Papers.

Dalam dokumen setebal 11 juta halaman itu, PM Gunnlaugsson disebut-sebut memiliki investasi di perusahaan offshore. Namun, ia menolak mundur setelah detil tentang perusahaannya, Wintris, yang dimiliki bersama istrinya bocor ke publik lewat Panama Papers itu.

Ia sendiri tidak menyebut soal kepemilikan Wintris saat masuk ke parlemen pada 2009.

Setelah perusahaannya bocor, partai oposisi bakal segera menggelar sidang untuk meminta pertangunggjawaban PM.

 

Gunnlaugsson mengatakan ia tidak melanggar peraturan apa pun dan istrinya sama sekali tak diuntungkan secara finansial.

Ia menjual 50 persen sahamnya kepada sang istri yang sebelumnya memiliki saham 50 persen. Harga 1 lembar saham senilai US$ 1. Penjualan dilakukan 8 bulan sebelum ia masuk ke parlemen.

Perusahaan yang didirikan di yuridiksi suaka pajak (tax haven) digunakan untuk menginvestasi jutaan dolar uang warisan. Demikian menurut dokumen yang ditandatangani istri Gunnlaugsson, Anna Sigurlaug Palsdottir, pada 2015.

Pengadilan mencatat Wintris memiliki surat utang yang diterbitkan oleh tiga bank Islandia yang kolaps pada 2008 saat krisis keuangan menerpa negeri itu, seperti dilansir dari BBC, Selasa (5/4/2016).

Nama Bocor di Panama Papers, Warga Tuntut PM Islandia, Sigmundur Gunnlaugsson  Mundur (Reuters)

Sebagai PM, Gunnlaugsson menolak tekanan dari kreditor asing untuk membuat bank-bank Islandia membayar deposito secara penuh setelah runtuhnya finansial mereka.

Dengan melunasi dana investor asing, pengaruhnya mungkin baik bagi bank Islandia dan nilai obligasi yang dimiliki oleh Wintris.

Namun Gunnlaugsson justru menyimpan uang istrinya secara rahasia.

Dalam wawancara dengan TV Channel 2, PM bersikeras bahwa ia selalu mendahulukan kepentingan warganya.

"Saya tidak sama sekali berpikir untuk mundur karena masalah ini atau juga tak berpikir untuk berhenti karena masalah ini," kata Gunnlaugsson.

"Pemerintah telah melakukan yang terbaik. Perkembangan kini makin kuat, dan sangat penting bagi kami untuk menyelesaikan pekerjaan ini," ujar PM Gunnlaugsson. 

Lebih dari 11,5 juta dokumen yang dimiliki oleh perusahaan hukum berbasis di Panama, Mossack Fonseca, bocor ke media Jerman, Suddeutsche Zeitung yang kemudian membagi datanya kepada International Consortioum of Investigate Journalists (ICIJ) dan media Inggris, The Guardian. Mereka menerima 11 juta dokumen dalam bentuk data sebesar 2,6 terabytes atau muat sekitar 600 DVD.

Menurut ICIJ ini adalah data terbesar perusahaan penghindar pajak yang pernah bocor. Sebelumnya, WikiLeaks pernah melakukan hal yang sama pada 2013.

Data dalam dokumen itu mengandung rahasia-rahasia perusahaan offshore yang terkoneksi dengan keluarga serta teman dekat mantan Presiden Mesir Husni Mubarak, mantan Presiden Libya Muammar Khadaffi, serta Presiden Suriah Bashar al-Assad.