Liputan6.com,Yongbon- Selama beberapa minggu terakhir, Korea Utara menjadi pusat perhatian masyarakat dunia. Hal ini disebabkan oleh niat Kim Jong-un untuk meluncurkan rudal berisi hidrogen dan mengarahkannya ke negara-negara yang ia anggap oposisi terbesar.
Situs 38 North milik AS baru-baru ini menunjukan adanya aktivitas mencurigakan yang berlangsung di laboratorium di wilayah Korut. Dilansir dari news.sky.com, foto-foto satelit yang dimuat dalam situs 38 North menunjukan adanya upaya pemisahan partikel plutonium dan senjata nuklir.
Baca Juga
Situs 38 Noth merupakan salah satu ranah virtual bagi para pengamat AS untuk terus memonitor pergerakan yang bersifat sensitif di lokasi-lokasi yang ada dalam Korea Utara.
Advertisement
Baca Juga
Situs tersebut juga menginformasikan bahwa selama lima minggu terakhir, cerobong kompleks laboratorium radiokimia di kota Yongbon terlihat mengeluarkan asap sekitar dua atau tiga kali. Hal tersebut cenderung mendukung kemungkinan adanya aktivitas yang membuat negara-negara lain seperti AS dan Korea Selatan resah.
“Asap dari cerobong tersebut menunjukan bahwa proses pengolahan sedang dilakukan atau akan dilakukan dalam waktu dekat,” jelas William Mugford dan Joseph Bermudez seperti dikutip dari washingtonexaminer, Selasa (5/4/2016).
Walaupun foto-foto hasil satelit tersebut memberikan siynal bahwa kegiatan tertentu sedang dilancarkan oleh pihak Korut, para analis AS belum bisa mengkonfirmasi sepenuhnya mengenai keterkaitan pergerakan tersebut dengan pembuatan senjata nuklir.
Negara Korea Utara sebelumnya mengumumkan niat untuk kembali mengaktifkan fasilitas pembuatan nuklirnya pada tahun 2013. Pada bulan Januari, Kim Jong-un melancarkan aksi uji coba senjata nuklirnya.
Tampaknya sang diktator tidak main-main soal niatnya untuk menggegerkan dunia dengan kemampuan persenjataan nuklirnya. Aksi uji coba nuklir pun dilanjutkan dengan peluncuran roket jarak jauh.
Sebelumnya Korut mengumumkan niatnya untuk mengarahkan rudal nuklirnya ke Washington D.C, AS dan Seoul, Korsel. Hal tersebut membuat dua negara besar seperti AS dan Tiongkok bergandengan tangan menggagalkan upaya membahayakan dari sang diktator Kim Jong-un.