Liputan6.com, Tangua - Hari ini 66 tahun silam, sebuah musibah tragis di dunia perkeretaapian terjadi di Tangua, Brasil. Angkutan massal itu jatuh dari jembatan di Tangua, Brasil.
110 orang dilaporkan tewas pada 6 April 1950 dari 22 gerbong kereta Leopoldina yang dari Rio de Janeiro menuju Victoria, Espirito Santo. Tiap gerbong penuh sesak penumpang yang hendak merayakan libur Paskah.
Baca Juga
18 Februari 2010: WikiLeaks Rilis Dokumen Pertama dari Chelsea Manning, Awal Mula Terungkapnya Rahasia Kelam Militer AS
17 Februari 2016: Ledakan Bom Mobil di Jantung Ibu Kota Turki Targetkan Anggota Militer, 28 Orang Tewas
16 Februari 1998: Petaka Pesawat China Airlines Jatuh Timpa Rumah Warga dekat Bandara Taiwan, 205 Orang Tewas
Dilansir dari History.net, kereta meninggalkan stasiun setelah tengah malam dan melaju hampir 60 mil ketika mendekati jembatan di atas Sungai Indios sekitar pukul 01.30 dini hari.
Advertisement
Baca Juga
Sungai yang meluap karena hujan lebat beberapa hari di daerah itu ternyata merusak pondasi jembatan. Tapi tak ada sistem peringatan untuk menghentikan kereta agar tak menyeberangi jembatan.
Ketika kereta setengah jalan melintasi jembatan, lokomotif dan lima gerbong yang hanya membawa bagasi terjun tercebur ke sungai. Sisanya, 17 gerbong lainnya entah bagaimana berhasil berada di terapung terseret sungai yang kala itu tengah bergejolak.
Ada 200 penumpang dalam gerbong yang masuk ke sungai pada malam gelap dan hujan, dengan sedikit kesempatan untuk diselamatkan. Sekitar 90 dari mereka mampu berenang ke tempat yang aman. Sisanya tenggelam atau hanyut oleh sungai berarus deras.
Hujan deras mengguyur lokasi jatuhnya kereta api nahas itu, sehingga hampir mustahil untuk mengakses daerah itu beberapa hari kemudian. Tim penyelamat akhirnya mampu menarik gerbong kereta keluar dari sungai setelah cuaca membaik.
Namun tak ada lagi yang bisa diselamatkan dari dalam gerbong tersebut.
Pada tanggal yang sama pada 1994, hati itu terjadi pembunuhan terhadap presiden Rwanda dan Burundi di pesawat yang dibom. Peristiwa itu disebut-sebut menandai awal Genosida di Rwanda.
Sementara pada 6 April 2008 juga terjadi pengeboman di Weliveriya, Sri Lanka yang menewaskan 15 orang.