Liputan6.com, Jakarta - Kenangan Dubes Azerbaijan untuk Indonesia Tamerlan Qarayev melayang jauh ke masa lalu. Dengan raut begitu serius dia menceritakan bagaimana kampung halamannya hancur akibat perang.
"Saya ini seorang pengungsi," lirih Dubes Qarayev saat berbicara kepada sejumlah media di Hotel Sultan Jakarta, Jumat (8/4/2016).
"Saya berasal dari wilayah bernama Agdam, namun kota itu sudah tidak ada lagi, hanya tinggal sejarah," tambah dia.
Advertisement
Dia menyebut, Agdam hancur lebur dan jadi kota 'hantu' tak berpenduduk karena perang. Perang tersebut terjadi antara Azerbaijan dan negara tetangganya Armenia.
Â
Baca Juga
Peristiwa hancurnya kampung halaman Dubes Qarayev memang sudah berlangsung dalam puluhan tahun lalu. Namun, kecemasan pria paruh baya ini kembali mengemuka.
Ketakutan itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, saat ini negaranya dan Armenia kembali berseteru di daerah sengketa, Nagarno-Karabakh.
Melihat sudah banyak korban jiwa yang jatuh, Qarayev menginginkan agar aksi baku tembak antar-militer tersebut segera berakhir dan keadaan damai yang diinginkan dapat tercipta.
"Kami ingin perdamaian, ini untuk masa depan anak-anak dan generasi penerus kami," sebut dia.
Desakan Qarayev agar perang di daerah sengketa itu bisa berakhir secepatnya didasari fakta pada waktu terdahulu, 1 juta penduduk Azerbaijan termasuk dirinya merupakan pengungsi.
Fakta itu, menurutnya tragis. Pasalnya, penduduk Azerbaijan hanya terhitung sebanyak kurang lebih 9 juta orang.
Oleh sebab itu, Qarayev mendorong, agar pasukan Armenia menarik diri dari wilayah Nagorno-Karabakh di Azerbaijan. Langkah itu diyakininya adalah permulaan sempurna agar perdamaian dapat tercipta.
"Sampai saat ini 20 persen wilayah kami diduduki militer Armenia. Tetapi, tidak satu sentimeter pun wilayah Armenia kami duduki, jadi mereka harus menarik tentaranya dari wilayah kami," pungkasnya.