Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Terungkap, 'Lubang Rahasia' Pemilik Motel Intip Tamu Bercinta

Seorang mantan pemilik motel di negara bagian Colorado, AS, mengaku mengintip para tamunya selama 29 tahun demi keperluan penelitian.

Liputan6.com, Aurora - Ketika seseorang menyewa kamar di sebuah hotel atau tempat penginapan lain, tentu saja ia mengharapkan privasi ketika sedang berada di kamarnya. Apakah yakin selalu begitu? Bagaimana kalau ada yang mengintip?

Dikutip dari Independent pada Sabtu (9/4/2016), seorang mantan pemilik motel di negara bagian Colorado, AS, mengaku mengintip para tamunya selama 29 tahun demi keperluan "penelitian".

Pemilik motel itu menyaksikan para tamunya melakukan hubungan intim, bersitegang, ataupun ke toilet. Dan ia mencatat kejadian-kejadian yang disaksikannya selama 29 tahun.

Seorang jurnalis bernama Guy Talese menulis kisah ini dalam buku tentang kelakuan Gerald Foos.

Bersama dengan istrinya yang bernama Donna, Foos membeli Manor House Motel pada 1960. Pasangan itu kemudian memasang kisi-kisi ventilasi palsu di langit-langit beberapa kamar, sehingga Foos bisa mengintip dan menuliskan apa yang sedang terjadi, demikian kata Talese kepada majalah New Yorker.

Lubang Rahasia

Foos pertama kalinya menghubungi Talese pada 1980 melalui surat dengan pengakuan “telah menyaksikan, mengamati, dan mempelajari hubungan seks aneka ragam secara langsung, tanpa latihan, dan bukan di laboratorium selama 15 tahun terakhir ini.”

Pemilik motel itu menyebut dirinya sebagai “sang pengintip” atau the voyeur. Ia menempatkan para tamu yang muda dan menawan di dalam “ruang tontonan” yang bisa diintipnya dari langit-langit.

Di dalam sebuah loteng palsu, Foos kemudian merancap atau bersetubuh dengan istrinya, Donna. Katanya kepada Talese, loteng itu merupakan “perpanjangan dari kamar tidur kami.”

Pada saat Foos menjual Manor House Motel pada 1995, ia sudah mengumpulkan catatan hingga ratusan halaman, yang kemudian dikirimkannya kepada Talese secara bertahap.

Termasuk di dalamnya adalah "laporan-laporan akhir tahun" yang mencoba mencatat kecenderungan sosial, misalnya peningkatan hubungan seks antar ras selama tujuh tahun terakhir ini.

Pria ini mengaku mengintip ratusan tamu yang menginap di motelnya selama 29 tahun terakhir. Ada banyak hal yang disaksikannya. (Sumber @billeguerriero via Twitter dan New York Daily News)

Di suatu tahun, yaitu pada 1973, Foos menulis telah menyaksikan 185 orgasme pria dan 33 orgasme wanita. Ia juga berusaha menggolongkan orang berdasarkan dorongan seks mereka, yaitu 12% pasangan yang “sangat berhasrat seks” dan 22% yang “rendah hasrat seks”.

2 dari 2 halaman

Uji Kejujuran dan Saksi 'Pembunuhan'

 

Bukan hanya itu, ia mengadakan "uji kejujuran" dengan cara meninggalkan koper di dalam lemari usang yang bergembok. Ia kemudian menceritakan kepada tamunya bahwa seseorang baru saja menelepon dan mengaku ketinggalan sebuah koper berisi uang sejumlah US$1.000.

Dalam satu tahun, kamar sebuah hotel dihuni oleh lebih dari ribuan orang. (therichest.com)

Dari 15 kali ujian, hanya dua catatan mengenai tamu yang mengembalikan koper itu. Sisanya membuka koper dan berusaha membuangnya.

Bahkan ada kemungkinan Foos telah menyaksikan suatu pembunuhan.

Suatu catatan pada 1977 berbunyi begini, “Setelah berkelahi dan bersilang pendapat selama kira-kira 1 jam, kejadian di bawah mulai menjurus kepada kekerasan. Sang pria mencengkeram leher sang wanita dan mencekiknya hingga wanita itu tidak sadarkan diri dan jatuh ke lantai. Pria itu kemudian menjadi panik, lalu membenahi barang-barangnya dan kabur meninggalkan motel.”

Namun demikian, ia tidak bisa bertindak apa-apa dalam situasi demikian karena ia hanyalah seorang “pengamat”. Foos mengatakan bahwa jasad wanita itu dibawa pergi dan polisi mendapat laporan.

Walaupun terdengar seru, Talese tidak dapat menemukan catatan apa pun tentang pembunuhan itu. Talese memang mempertanyakan keandalan beberapa pengakuan Foos.

Talese telah mengunjungi Foos dan bersama-sama ikut ke loteng rahasia tempat kegiatan intip-mengintip selama itu. Namun, Foos baru mau membeberkan kisah ini kepada publik pada 2013.

“Saya harap saya bukan sekedar dianggap seorang cabul atau tukang intip. Saya memandang diri saya sebagai pelopor peneliti seks,” katanya kepada Talese.

Kisah ini akan dibukukan oleh Talese dengan judul The Voyeur’s Journal dan akan diterbitkan di akhir tahun ini. Penasaran?