Sukses

Militer Filipina Serbu Kelompok Abu Sayyaf, 23 Tewas

Tentara Filipina dilaporkan menargetkan komandan Abu Sayyaf yang telah bersumpah setia pada kelompok ISIS.

Liputan6.com, Manila - Militer Filipina melaporkan telah menyerbu kelompok Abu Sayyaf di Pulau Basilan yang berada di selatan negara itu. Bentrokan sengit antara dua kubu pun terjadi.

"Sebanyak 18 tentara tewas dalam pertempuran sengit dengan militan di selatan negara itu, sementara 50 tentara lainnya terluka, dan 5 teroris tewas," kata militer Filipina yang dikutip dari BBC, Minggu (10/4/2016).

Tentara Filipina dilaporkan menargetkan komandan Abu Sayyaf yang bersumpah setia pada kelompok ISIS. Pemerintah AS bahkan telah menawarkan hadiah sampai US$ 5 juta atau sekitar Rp 65 miliar untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Isnilon Hapilon.

Mengutip seorang juru bicara militer regional, didapati informasi bahwa empat tentara dipenggal kepalanya dalam bentrokan dengan sekitar 100 gerilyawan Abu Sayyaf.

"Kelompok kami sedang dalam perjalanan menyerang mereka. Dalam perjalanan, mereka disergap," beber juru bicara satuan tentara yang terlibat dalam pertempuran, Kolonel Benedict Manquiquis, kepada stasiun radio DZRH.

"Musuh menguasai wilayah yang tinggi, jadi tidak peduli di mana tentara kami berlindung, mereka masih bisa melawan dengan senjata berat dan bom rakitan," tutur Manquiquis.

"Pasukan pemerintah bergerak melawan kelompok Abu Sayyaf setelah serangkaian penculikan orang asing," tutur juru bicara militer regional, Mayor Filemon Tan.

Sebelumnya pada Jumat 8 April, mantan pendeta Italia yang enam bulan disandera oleh kelompok Abu Sayyaf dibebaskan. Delapan belas sandera asing lainnya, termasuk dua warga Kanada dan Norwegia juga dilaporkan disandera di Filipina.

Hampir semua orang yang diduga disandera kelompok Abu Sayyaf berada di perkemahan di Pulau Jolo, dekat pulau Basilan.

Kelompok Abu Sayyaf terbentuk pada awal 1990-an dengan sokongan dana dari militan Al Qaeda. Grup radikal tersebut juga disebut-sebut sebagai "otak" sejumlah serangan bom mematikan di Filipina, termasuk dugaan menculik warga negara Indonesia (WNI), dengan meminta tebusan sekitar Rp 14,2 miliar.