Liputan6.com, Jakarta - Pertempuran antara Militer Filipina dan kelompok Abu Sayyaf pecah di Basilan pada Sabtu 9 April 2016 waktu setempat.Â
Akibat pertempuran itu, 18 tentara Filipina dan 5 milisi Abu Sayyaf kehilangan nyawa. Sementara 50 tentara lainnya luka-luka.
Baca Juga
Menteri Luar Negeri (Menlu)Â Retno Marsudi mendapat informasi soal pecahnya pertempuran di Basilan secara langsung dari Menlu Filipina, Jose Rene de Almendras.
Advertisement
Baca Juga
Terkait informasi tersebut, Menlu Retno memastikan kontak senjata tersebut tidak terjadi di tempat di mana WNI disandera.
"Dari informasi, WNI kita tidak berada di wilayah Basilan," jelas Retno di Kantor Kemlu, Senin (12/4/2016).
Walau mengatakan para WNI tak berada di Basilan, Retno tidak memberikan keterangan pasti di mana mereka disandera.
Sebelumnya, pada Sabtu 9 April, Militer Filipina melaporkan telah menyerbu kelompok Abu Sayyaf di Pulau Basilan yang berada di selatan negara itu. Bentrokan sengit antara dua kubu pun terjadi.
Tentara Filipina dilaporkan menargetkan komandan Abu Sayyaf yang bersumpah setia pada kelompok ISIS. Pemerintah AS bahkan telah menawarkan hadiah sampai US$ 5 juta atau sekitar Rp 65 miliar untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Isnilon Hapilon.
Mengutip seorang juru bicara militer regional, didapati informasi bahwa empat tentara dipenggal kepalanya dalam bentrokan dengan sekitar 100 gerilyawan Abu Sayyaf.
Kelompok Abu Sayyaf terbentuk pada awal 1990-an dengan sokongan dana dari militan Al Qaeda. Grup radikal tersebut juga disebut-sebut sebagai "otak" sejumlah serangan bom mematikan di Filipina.