Liputan6.com, Dole - Seorang pembuat roti asal Prancis, Michel Flamant membuat keputusan luar biasa. Dikutip dari News.com.au, Rabu (13/4/2016), ia menjual toko roti miliknya yang berada di sebelah barat kota Dole, Prancis, seharga US$ 1,5 atau setara Rp 20 ribu.
Toko itu dijual supermurah pada Jerome Aucant, tunawisma yang sering mangkal di depan tempat jualannya itu. Mengapa demikian?
Baca Juga
Semua itu dilakukan Flamant sebagai balas budi. Pada Desember 2015 lalu, nyawanya nyaris terenggut gara-gara keracunan karbon monoksida.
Advertisement
"Jika tidak ada Jerome saat itu, mungkin aku sudah mati," kata pembuat roti 62 tahun tersebut.
Â
Baca Juga
Kala itu, Aucant menyadari ada keanehan dari dalam toko. Ia melihat Flamant berjalan sempoyongan akibat menghirup gas beracun yang keluar dari pemanggang roti yang rusak. Gelandangan itu langsung memanggil layanan darurat.
Meski harus dirawat di rumah sakit selama 12 hari sebelum bisa kembali menjalankan bisnisnya, nyawa Flamant selamat.
Setelah pulih, ia itu langsung menawari Aucant untuk bekerja paruh waktu di toko roti miliknya. Dari sana, sang pemilik usaha menyadari bagaimana bakat dan ketelatenan tunawisma 37 tahun yang memiliki banyak tato tersebut.
"Aku selalu menuntutnya untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan yang aku inginkan," kata Flamant.
Â
Semasa kecilnya, Flamant bercita-cita ingin menjadi seorang sopir truk, namun ayahnya selalu memintanya untuk membantu di toko roti milik keluarganya dan ternyata dia menyukainya.
Selama 6 hari dalam seminggu, dimulai dari tengah malam hingga siang hari, tukang roti itu membuat roti, croissant, dan kue kering di ruang bawah tanah toko, ditemani oleh kasir yang asyik menghitung laba.
Flamant memiliki tiga orang putri, namun tak seorang pun dari anaknya yang mau melanjutkan usaha roti miliknya.
Oleh karena itu, ayah tiga anak ini mencoba untuk menjual toko nya sejak 2 tahun yang lalu. Kemudian terlintas di benaknya untuk menyerahkan usahanya kepada Aucant, dengan uang Rp 20 ribu sebagai 'mahar' perpindahan status kepemilikan.
"Apa yang lebih penting, uang atau hidup? Aku tidak peduli dengan uang. Aku tidak kaya dan aku tidak peduli, aku ingin bebas dan santai, aku ingin dia senang," kata pria dermawan itu.
Flamant mempekerjakan dan melatih Aucant hingga September 2016, dan kemudian dia akan pensiun dan menyerahkan usahanya pada sang penerus.
"Aucant berhak mendapatkan kesempatan. Terserah kepadanya akan membuat usaha ini berhasil atau tidak," ujarnya.
"Aku sudah membuat roti sepanjang hidupku, kini aku lelah," kata Flammat sambil mengelus-elus kakinya yang rematik.
Aucant sangat senang dan merasa terharu atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan Flammat. Dengan sedikit pengalaman dari tempat kerja sebelumnya, pria 37 tahun itu berkata dia tidak peduli dengan waktu bekerjanya dan dia paham betul apa yang akan menjadi tanggung jawabnya.
"Aku harus 100 persen tidak boleh setengah-setengah. Michel telah memberiku pekerjaan dan aku ingin membuktikan aku layak," kata Aucant.