Liputan6.com, Warsawa - Segel 'kutukan' diyakini terlepas ketika kamar makam KV62, di mana sarkofagus berlapis emas dan timbunan harta karun tersimpan aman selama ribuan tahun, terbuka. Â
Setelah itu, satu per satu orang yang berani mengganggu makam Firaun Tutankhamun meninggal dunia, dengan penyebab yang misterius, kecuali mungkin sang pemimpin ekspedisi Howard Carter yang konon punya cincin penolak bala.
Baca Juga
Hal serupa terjadi pada tahun 1973 di Krakow, Polandia, ketika sejumlah peneliti membuka makam Raja Kazimierz Jagiellończyk, yang juga dikenal sebagai Casimir IV Jagiellon.
Kala itu 4 dari 12 arkeolog meninggal dunia tak lama setelah membuka makam sang raja. Media kemudian mengaitkannya dengan peristiwa di makam Tutankhamun.
Advertisement
Kematian demi kematian menyusul kemudian...
Pada tahun 1970-an, Polandia adalah negara sosialis, ada banyak penelitian yang diharamkan. Bukan perkara mudah mendapatkan persetujuan untuk melakukan studi di situs bersejarah.
Maka tak heran para arkeolog sangat bersemangat ketika mendapatkan izin untuk meneliti makam Raja Kazimierz Jagiellończyk. Mereka mendapat dukungan dari Kardinal Karol Wojtyla -- yang kemudian menjadi Paus Yohanes Paulus II.
Â
Baca Juga
Makam tersebut akhirnya dibuka, 500 tahun setelah pemakaman sang raja, untuk meneliti jenazahnya dan menemukan rahasia di balik kematiannya.Â
Para peneliti awalnya berharap, makam tersebut tak dijarah Rusia selama Perang Dunia II, seperti yang terjadi pada pemakaman bangsawan lain di Polandia.
Sang Raja dimakamkan di sebuah kapel di Kastil Wawel. Jadi, kerja para ilmuwan berlangsung di gereja yang paling banyak menyimpan jasad kaum darah biru Polandia itu.
Penelitian tersebut menjadi kabar utama media massa, membuat banyak orang terobsesi pada raja Abad Pertengahan tersebut -- seperti reaksi terkait Tutankhamun beberapa dekade sebelumnya.
Pada saat bersamaan, beredar lelucon soal kutukan di antara para peneliti. Yang tak mereka ketahui, itu akan jadi kenyataan.
Misteri Kutukan Akhirnya Terkuak
Raja Casimir lahir pada 30 November 1427, sebagai anak ketiga dan termuda pasangan Raja Wladyslaw II Jagiello dan istri keempatnya, Sophia of Halshany.
Ia awalnya bergelar Grand Duke of Lithuania pada 1440, sebelum menjadi Raja Polandia pada 1447.
Raja yang memerintah hingga akhir hayatnya itu tercatat dalam sejarah sebagai penguasa paling sukses dan aktif secara politik. Selama masa kekuasaannya, Polandia mengalahkan para Ksatria Teutonik dalam Perang Besar 13 Tahun (1454-1466).
Setelah perang berakhir, Raja Casimir memulihkan kekuasaan atas Pomerania dan kota paling penting di dekat pantai selatan Laut Baltik, Gdansk.
Karena reputasinya itu, Dinasti Jagiellon menjadi salah satu keluarga kerajaan terkemuka di Eropa. Kebijakannya memperkuat parlemen dan senat membuat Casimir dianggap sebagai salah satu raja paling agung pada zamannya.
Tak hanya itu, kehancuran Ordo Teutonik membuat Prusia menjadi bagian dari wilayah Polandia. Hubungan yang baik dengan kerajaan-kerajaan lain di Eropa membuat Raja Casimir punya status mulia.
Ditambah lagi, pada masa kekuasaannya, Polandia menjadi negara kaya.
Raja Casimir meninggal dalam usia 65 tahun, pada 7 Juni 1492, ketika Columbus 'menemukan' Benua Amerika. Sang penguasa mangkat pada musim panas di kastil Grodno, yang saat ini merupakan bagian dari Belarus.
Ketika para peneliti membuka makam sang raja pada 13 April 1973, mereka menyaksikan peti yang membusuk yang berisi jasad Casimir.
Setelahnya, beberapa dari mereka meninggal dunia. Beberapa akibat infeksi, lainnya karena stoke.
Hanya dalam beberapa hari, 4 arkeolog meninggal dunia. Selama beberapa tahun kemudian, lainnya menyusul berpulang, karena kanker atau penyakit lainnya.
Total, diyakini bahwa tidak kurang dari 15 orang yang bekerja di makam atau di laboratorium meninggal karena kontak dengan jasad Raja Casimir IV Jagiellon.
Spekulasi pun berkembang liar. Dari mistis hingga mencoba ilmiah. Belakangan, para peneliti menemukan alasan sebenarnya di balik kematian 15 orang yang terkait penelitian makam sang raja.
Biang keladinya sama dengan 'pembunuh' yang berkeliaran di makam-makam Mesir kuno: Aspergillus flavus, jamur saprofit sekaligus patogen, yang menyebabkan infeksi karena beracun untuk mamalia.
Jamur tersbeut dapat menyebabkan asma dan alergi pada beberapa orang. Jika imunitas korbannya rendah, Aspergillus flavus dapat menjadi pembunuh.
Jamur tersebut diyakini muncul di makam sang raja selama Abad Pertengahan. Ketika makamnya akhirnya dibuka, ia kemudian menyerang siapa saja yang terpapar.
Itu mengapa, peneliti saat ini menyadari, orang-orang dengan imunitas rendah sebaiknya tak mengunjungi makam yang mungkin menjadi tempat berkembang biak jamur tersebut.
Selain itu, juga ada 2 spesies yang ditemukan di makam Casimir: Penicillim rubrum dan Penicillim rugulosum, yang juga menghasilkan aflatoksin, jika dihirup bersamaan mereka bisa berdampak mematikan.
Jasad Raja Casimir IV kemudian kembali dikuburkan di makam asli. Meskipun misteri kutukan telah terpecahkan, banyak yang tak percaya kematian tersebut hanya disebabkan jamur.
Mereka masih percaya, hal buruk akan menimpa mereka yang mengganggu orang mati.
Advertisement