Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Pengakuan Transgender di Penjara Pria: Saya Diperkosa 2.000 Kali

Bagaimana nasib seorang narapidana trasngender ketika berada dalam tahanan kaum lelaki? Memprihatinkan.

Liputan6.com, Sydney - Mary -- bukan nama sebenarnya -- terdiam ketika mobil yang membawanya mendekati gerbang penjara, yang akan jadi 'neraka' baginya.

Sejak di tempat penerimaan napi baru, Mary merasa semua mata tertuju kepadanya hingga akhirnya ia tiba di selnya yang dingin.

Mary bukanlah narapidana ‘biasa’. Ia adalah seorang wanita transgender dan dibui dalam penjara khusus lelaki.

Apa yang terjadi padanya di penjara di negara bagian Queensland itu, yang pada tahun 1990-an dikenal sebagai penjara Boggo Road menghantui jiwanya.

Selama beberapa dekade, ia hidup dalam ketakutan, terbayang hal-hal buruk yang menimpanya selama berada dalam hukuman.

Mary dinyatakan bersalah karena mencuri mobil sehingga dijebloskan dalam penjara. Tapi, dalam pikirannya, ia adalah seorang wanita dan berharap diperlakukan sesuai identitas barunya di dalam lapas.

Seperti dikutip dari News.com.au pada Senin (18/4/2016), Mary tidak mengerti mengapa dijebloskan dalam kerumunan kaum pria. Dampaknya, ia diincar dan diperkosa setidaknya sekali dalam sehari oleh tahanan lain.

Ketika Mary sedang diperiksa di tempat penerimaan, ia diminta membuka seluruh pakaiannya. Ketika ia memutar badannya, tatapan-tatapan ke arahnya sungguh menakutkan. Baru saja tiba di sel kurungannya, sudah tersebar berita bahwa ia adalah seorang transgender.

Ia duduk di selnya, dikelilingi oleh sejumlah napi pria yang sedang menunggu sidang atau baru kembali dari sana. “Obrolannya berkisar tentang perlindungan dengan seks sebagai ganjarannya,” kata dia.

Mary kemudian dibawa ke sel tempat tinggalnya dan hanya dalam hitungan beberapa menit, sejumlah pria mendekatinya. “Mereka mencoba melakukan manipulasi atau mengancam supaya terlibat kontak seksual dengan mereka. Sekali saja melakukan ancaman seks itu, kita jadi mangsa empuk karena yang lain pun akan ikutan minta jatah, yang lebih tepat dikatakan sebagai pemerkosaan dan bukan sukarela.”

Mary mengaku tidak sekalipun ingin berhubungan seks dengan para napi, tapi ia melakukannya karena takut dihajar.

Kadang-kadang, Mary dimasukkan dalam sel untuk para napi yang memerlukan perlindungan, tapi di sana pun ia dikerjai oleh narapidana pelanggar seks.

“Hal itu membuatku mual, tapi tidak ada caranya melindungi diri,” katanya. Ia kemudian dipindahkan ke penjara-penjara lain di luar negara bagian, namun tetap saja dikerjai di manapun, walaupun bagi dia, Boggo Road adalah yang terburuk dan paling bengis.

Mary mengaku bahwa ia dipaksa melakukan tindakan seks lebih dari 2.000 kali ketika sedang menjalani hukuman selama sekitar 4 tahun. “Itu memang pemerkosaan dan saya didera dan dihajar hingga akhirnya saya sadar harus melakukannya untuk bisa bertahan hidup,” katanya. “Sungguh bak neraka di Bumi, seakan saya sudah mati dan beginilah hukuman saya.”

Selama masa hukumannya, Mary dipandang sebagai napi berisiko tinggi karena 3 kali mencoba kabur. Katanya,”Ini berarti saya harus menjalani masa hukuman dengan keamanan maksimum bersama dengan para napi yang paling ganas.”

“Saya bukan kabur untuk alasan lain, selain menghindar dari serangan seksual itu.”

Dalam beberapa malam pertamanya di penjara, Mary mencoba mempertahankan diri dan mendorong para napi, tapi ia kemudian dicambuki. “Setiap kali saya mengatakan tidak dan mencoba mendorong mereka, mereka terus memaksa dan bukan hanya satu atau dua orang, tapi ada segerombolan.”

Tapi bukan hanya pemerkosaan yang membuatnya tertekan. Ketika tiba di penjara, seorang napi memotong rambutnya hingga pendek sekali. Katanya, “Tadinya hingga setengah punggung. Rasanya seperti identitas saya sedang dirampas.”

Ia juga tidak mendapat asupan hormon, sehingga bulu-bulu wajahnya tumbuh lagi. “Kadar hormon berkurang cepat sekali, dan langsung lebat dalam waktu seminggu.”

Seorang napi transgender bernama Tara Hudson akhirnya dipindahkan ke penjara wanita setelah warga menulis petisi. (Sumber news.com.au)

Mary memperjuangkan pasokan hormon baginya, tapi ditolak sama sekali. Namun demikian, ada satu orang di dalam penjara yang mengerti dirinya.

Ia adalah seorang wanita transgender juga dan kerap diincar demi seks. Tidak seperti Mary, wanita transgender ini tidak sanggup lagi menanggung derita.

“Ia kemudian dibebaskan tapi ditangkap lagi karena melanggar masa pengampunan dan ia kemudian gantung diri supaya tidak usah kembali ke penjara,” ujar Mary.

Menurut Mary, wanita transgender diperkosa karena mereka tampak seperti wanita. Mary memang memiliki payudara, tapi tidak menjalani bedah ganti kelamin. Tidak peduli dengan itu, para napi pria tersebut hanya sekedar menginginkan seks.

2 dari 2 halaman

Fenomena Global

Ia mengungkapkan kisahnya setelah seorang wanita transgender di Australia Barat dijebloskan dalam penjara pria di Perth pada awal tahun ini. Namun demikian, hal seperti ini terjadi di seluruh dunia.

Tahun lalu, seorang wanita transgender bernama Tara Hudson dijebloskan selama seminggu dalam penjara khusus lelaki di Gloucestershire, Inggris. Di sana, ia mengalami siksaan. Ia kemudian dipindahkan ke penjara wanita setelah warga menandatangani petisi.

Napi transgender bernama Vicky Thompson bunuh diri di penjara Amley, Leeds, Inggris karena tidak tahan perlakuan di sana. (Sumber news.com.au)

Juga di tahun lalu, seorang wanita transgender bernama Vicky Thompson ditemukan meninggal dalam penjara khusus lelaki di Armley, Leeds, Inggris.

Pengacaranya pernah mendesak meminta penjara wanita setelah Thompson bercerita kepada teman-temannya bahwa ia akan bunuh diri kalau menjalani hukuman dalam penjara pria.

Hal serupa dialami oleh Clayton James Palmer. Transgender berusia 38 tahun yang memilih hidup sebagai perempuan, dijebloskan ke penjara pria di Western Australia.

Di AS, CeCe McDonald, seorang pembela kaum transgender, dipenjara karena membela dirinya menghadapi kelompok penista kaum transgender dan makian rasial pada dirinya pada 2011. Ia juga menjalani hukuman dalam penjara pria.

Kembali kepada Mary. Ia mengaku tak ingin lagi dibui. “Saya lebih baik mati daripada masuk penjara lagi seumur hidup saya.”

Mary mengatakan bahwa para wanita transgender yang telah menjalani bedah ganti kelamin seharusnya ditempatkan dalam penjara wanita.

“Saya tampak seperti wanita dan menurut saya, jika ada orang transgender tulen dan hidup sebagai perempuan, mereka harus dibui dalam penjara wanita -- bahkan kalau perlu di ruangan sendiri.”

Mary mengaku susah melangkah maju setelah hidupnya dalam penjara. “Saya tidak punya hubungan permanen dan tidak mempercayai kaum pria dan tidak kan pernah lagi memiliki hubungan dalam hidup saya sejak dipenjara.”

“Kita semua hanyalah manusia yang ingin menjalani hidup, tapi malah dicaci maki oleh masyarakat hanya karena berani menjadi diri kita apa adanya.”