Liputan6.com, California - Suatu hari, Khairuldeen Makhzoomi sangat bangga bisa mengajukan pertanyaan kepada Sekretaris Jenderal PBB. Namun keesokan harinya, ia ditendang dari maskapai AS, Southwest dan diinterogasi oleh FBI.
Namun, bagi mahasiswa universitas beken, University of California Berkeley, merupakan suatu pukulan.
Baca Juga
Kisah itu berawal saat Makhzoomi memutuskan menelepon pamannya di Baghdad, saat ia berada di pesawat.
Advertisement
Ketika itu, ia tengah menunggu lepas landas dari pesawat yang membawanya dari Los Angeles ke Oakland, California. Keduanya asik bercakap Arab tentang acara yang dihadiri pemuda 26 tahun tersebut sehari sebelumnya; makan malam dengan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon.
"Aku menelepon paman dan berbicara tentang acara spesial yang aku hadiri. Paman memintaku menghubunginya lagi setiba di Oakland, dan aku berkata, 'Insya Allah, insya Allah, aku akan meneleponmu ketika sudah sampai,' dan selama kami berbincang, seorang perempuan menatapku," kata Makhzoomi seperti dilansir dari CNN, Senin (18/4/2016).
Baca Juga
Mahasiswa ilmu pengetahuan politik itu berpikir si perempuan mungkin tak suka caranya berbicara keras di telepon. Ia sempat melihat perempuan itu beranjak dari tempat duduknya. Dan, tiba-tiba, situasi berubah dengan cepat.
"Satu pria datang bersama beberapa polisi dalam hitungan 2 menit -- tak percaya mereka bisa begitu cepat-- dan memintaku untuk turun dari pesawat," tambahnya lagi.
Pihak maskapai Southwest enggan berbicara lebih lanjut mengenai insiden itu, namun dalam pernyataan tertulisnya mereka tidak menoleransi tindakan diskriminasi.
"Menjelang keberangkatan penerbangan 4620, kru kami membuat keputusan untuk menginvestigasi laporan potensi ancaman berdasarkan percakapan dalam pesawat," tulis pernyataan itu.
"Para pekerja kami, termasuk pilot telah memutuskan untuk memperhatikan situasi. Kami memahami petugas keamanan lokal telah berbicara kepada penumpang setelah pesawat lepas landas," lanjut pernyataan.
"Untuk menghormati pihak-pihak terkait, kami tidak akan membagi informasi ini. Kami lebih memilih berkomunikasi secara langsung dengan pelanggan kami mengenai pengalaman ini."
Menurut juru bicara FBI, tak ada aksi lebih lanjut setelah menginterogasi Makhzoomi.
Hingga kini, Makhzoomi mengatakan ia tak sedikit pun mendapat permintaan maaf dari Southwest mengenai insiden yang terjadi pada 6 April lalu.
"Yang aku inginkan hari ini adalah permintaan maaf," kata Makhzoomi
"Kita sebagai manusia, entah itu Irak, Amerika, Iran, kita berbagi satu hal yang sama, yaitu kehormatan. Apabila ada orang yang mengambil itu, kita harus melawannya tanpa kekerasan, dengan pengetahuan dan pendidikan. Harus ada orang yang membela ini," lanjutnya.
Diusir dengan Kekerasan
Ketika diminta keluar dari pesawat, banyak orang yang mengawalnya. Makhzoomi bahkan merasa tertekan dengan perlakuan dari pihak Southwest maupun keamanan.
"Ada satu pria yang menggaet tanganku dari pesawat. Ia membawaku ke garbarata, aku percaya ia bekerja untuk Southwest. Petugas itu melakukan kekerasan dan mengancamku. Kelakuannya sungguh tidak sopan," kenangnya.
"Ia bahkan mencoba berbahasa Arab, tapi aku tak mengerti, jadi aku minta ia berbicara bahasa Inggris," tambah Makhzoomi.
"Aku merasa tertekan, dan takut, apalagi dia bilang, 'Kamu berbicara serius tadi di telepon, bicara apa kamu?'" katanya.
Makhzoomi menjelaskan bahwa ia berbicara dengan pamannya dan menunjukkan videonya makan malam bersama Ban Ki-moon.
Menurut Makhzoomi, si petugas merespons kesal, sambil berbicara, "Kenapa kamu bercakap Arab? Tahu tidak ada situasi bahaya?"
Tak lama, anjing pelacak datang dan mengendus bawaannya. Ia juga digeledah dan seseorang mengambil dompetnya. Lantas petugas FBI menggiringnya keluar.
Lalu, salah seorang petugas FBI berkata kepadanya, "Anda harus jujur kepada kami tentang apa yang Anda katakan tentang martir. Cerita apapun yang Anda ketahui tentang martir."
"Saat perempuan itu berkata seperti itu padaku, aku mengatakan hanya ngomong Insya Allah..."
Investigasi pun langsung berhenti.
"Southwest tidak akan menerbangkan Anda," kata si agen menurut Makhzoomi, "Kamu boleh pergi."
Makhzoomi berkata, Southwest memberikan uangnya kembali, lantas si pemuda terbang dengan maskapai lainnya, Delta.
Sesampainya di Oakland, ia menghubungi Council on America-Islamic Relation dan organisasi itu mengatakan insiden itu kerap kali terjadi dalam beberapa bulan terakhir.