Liputan6.com, London - Berkurangnya daerah kekuasaan ISIS ternyata berpengaruh terhadap pendapatan kelompok itu. Berdasarkan hasil penelitian dari sekelompok peneliti IHS yang dikutip dari Independent, Selasa (19/4/2016), dinyatakan bahwa setidaknya 30 persen dari pendapatan kelompok teroris itu menurun.
Badan konsultasi IHS mengatakan penghasilan kelompok teroris itu diperkirakan telah turun dari US$80 juta atau sekitar Rp 1 triliun menjadi US$54 juta atau sekitar Rp 710 miliar selama Maret 2015 hingga Maret 2016.
Baca Juga
Baca Juga
ISIS mendapatkan serangan berat dari berbagai musuh, termasuk musuh Suriah dan Irak, militer pertahanan Kurdi Peshmerga dan Unit pertahanan Kurdi (YPG). Kelompok-kelompok itu telah mendapatkan dukungan serangan udara dari koalisi pimpinan AS dan pasukan Rusia.
Advertisement
Salah satu target koalisi itu adalah penghasilan yang ISIS dapatkan dari daerah penghasil minyak yang berada di bawah kontrol kelompok tersebut.
Serangan udara telah diluncurkan ke arah infrastruktur bangunan di sekeliling produksi minyak, yang menurut IHS berdampak pada menurunnya produksi minyak dari 33 ribu barel per hari pada tahun 2015 menjadi 21 ribu barel per hari.
Pemerintahan Inggris memperkirakan 40 persen penghasilan ISIS berasal dari ekspor minyak, walaupun akhirnya pemasukan menurun. Perhitungan itu cocok dengan perhitungan IHS yang menyatakan bahwa 43 persen pendapatan ISIS berasal dari minyak.
Penargetan prasarana minyak, ditambah dengan menurunnya harga minyak, bisa menyebabkan ISIS menaikkan harga bahan pokok dengan adanya tekanan pada penghasilan kelompok. Walaupun begitu, ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kelompok radikal itu melakukan penjualan cepat di pasar gelap di Suriah dan Irak, untuk menghasilkan uang tunai.
Selain minyak, ISISÂ sedang menaikkan tekanan pada daerah kekuasaannya di sekitar Irak dan Suriah, untuk memaksimalkan penghasilan, terutama karena kelompok itu terus kehilangan daerah kekuasaan yang bisa menghasilkan keuntungan bagi mereka.
IHS menegaskan bahwa 50 persen dari pendapatan yang didapatkan oleh ISIS sekarang berasal dari pemungutan pajak dan penyitaan, termasuk pemerasan.
"Populasi daerah kekuasaan ISISÂ mulai menurun dari sekitar sembilan juta jiwa menjadi 6 juta jiwa. Lebih sedikit orang dan kegiatan bisnis dikenakan pajak; dan juga sedikit properti dan tanah bisa disita," kata Columb Strack, analis senior IHS
Menurut laporan yang didapat, ISIS meningkatkan kekerasan di daerah Mosul, Irak, karena kelompok tersebut memberikan tindakan keras pada setiap pembangkang dan memeras uang dari penduduk yang tinggal di daerah kekuasaannya.
Sekarang uang bisa menggantikan hukuman fisik yang telah ditetapkan oleh hukum syariat, yang menunjukkan Isis sedang mengalami krisis keuangan.
Ludovico Carlino, analis senior IHS, mengatakan bahwa denda juga sudah diberlakukan karena 'berkendara di jalur yang salah', atau karena tidak bisa menjawab pertanyaan yang ada di Alquran.