Liputan6.com, New York - Ada banyak kabar beredar tentang benda langit, dari Mars yang konon akan terlihat seperti bulan purnama di langit malam, kiamat planet manusia yang dipicu 'Nibiru cataclysm', dan 'Zero-Gravity Day' ketika penduduk dunia konon akan mengalami kondisi tanpa bobot.
Dan kini, beredar kabar terbaru tentang green moon. Bulan dikabarkan akan berubah menjadi hijau.
Kabar yang beredar di dunia maya mengklaim pada 20 April dan 29 Mei 2016, satelit bumi tersebut akan berubah menjadi hijau. Sementara bulan purnama akan terjadi pada Jumat 22 April 2016.
Baca Juga
Penjelasan yang ditawarkan untuk metamorfosis Bulan -- dari abu-abu ke hijau. Yakni, hal tersebut disebabkan kesejajaran planet yang membuat rembulan memancarkan cahaya kehijauan sekitar 90 menit lamanya.
Dan konon, peristiwa itu sungguh langka, kali terakhir terjadi pada 1596 atau 420 tahun lalu.
Benarkah demikian, atau jangan-jangan hoax alias kabar bohong belaka?
Seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Selasa (19/4/2016), kabar tersebut tidaklah benar.
Bahkan, bisa jadi itu adalah tipuan bahkan jebakan. Yang menarik, tanggal pertama yang diberikan, yakni 20 April bertepatan dengan 'National Weed Day' -- hari untuk merayakan merokok ganja dan budaya terkait mariyuana.
Advertisement
Para pendukung merujuk pada hari tersebut secara numerik '420' -- sama dengan jeda waktu kali terakhir terjadinya bulan hijau yakni 420 hari.
Itu mungkin bukan kebetulan belaka. "Siapapun yang membuat cerita tentang 'bulan hijau' dengan cerdas memilih tanggal 20 April dan jeda 420 hari sebagai referensi untuk National Weed Day yang juga diwakili dengan warna hijau," kata Joe Rao, dosen tamu di New York's Hayden Planetarium, seperti dikabarkan LiveScience.
Aslinya, rumor terkait bulan hijau terjadi pada 29 Mei 2016. Konon, pada saat itu, rembulan akan berada hanya 4 derajat dari Planet Uranus yang kehijauan.
Interaksi tersebut dikabarkan akan membuat warna hijau 'menular' ke Bulan. Tentu saja, hal semacam itu tak bakal terjadi.
Entah bagaimana, cerita awalnya diubah dan kemudian muncul tanggal 20 April. Apapun, kisah soal bulan hijau adalah mitos belaka. Tak ada peristiwa tersebut dalam daftar peristiwa langit yang akan terjadi pada 2016.
"Gunakan keterampilan berpikir kritis Anda saat menerima kabar yang terlalu aneh, gila, atau menakjubkan. Itu mungkin tidak benar," kata Joe Rao.
"Jadi, jika seseorang mengirimkan email atau tweet, atau Anda melihat postingan Facebook yang mengumumkan bahwa Bulan akan berubah menjadi hijau pada 20 April atau 29 Mei, abaikan saja."
Bulan Biru dan Merah Darah
Bulan Biru dan Merah Darah
Meski tak mungkin rembulan berubah warna jadi hijau pada 20 April dan 29 Mei 2016, sejarah mencatat satelit bumi itu tak selalu berwarna abu-abu.
Letusan dahsyat Gunung Krakatau pada Senin, 27 Agustus 1883 menciptakan fenomena angkasa. Lewat abu vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat Bulan berwarna biru.
Seperti dimuat situs Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), beberapa partikel abu Krakatau, memiliki ukuran 1 mikron (atau satu per sejuta meter), ukuran yang tepat untuk menghamburkan warna merah, namun masih memberi peluang bagi warna lain untuk menerobos. Sinar Bulan yang bersinar putih berubah menjadi biru, kadang hijau.
Â
Bulan berwarna biru bertahan bertahun-tahun pasca erupsi. Kala itu, tak hanya Bulan yang penampakannya berubah. Orang-orang saat itu juga menyaksikan Matahari berwarna keunguan seperti lavender. Dan untuk kali pertama kalinya, awan noctilucent, awan yang sangat tinggi, membiaskan cahaya pada senja ketika matahari telah tenggelam, mengiluminasi dan menyinari langit dengan sumber cahaya yang tak tampak.
Abu membuat senja seperti terbakar. "Orang-orang di New York, Poughkeepsie, dan New Haven sampai menghubungi pemadam kebakaran, karena terlihat seperti ada kebakaran," kata vulkanolog, Scott Rowland dari University of Hawaii.
Fenomena bulan biru juga terlihat pada 1983, setelah letusan gunung berapi El Chichon di Meksiko. Juga pasca letusan Mt. St Helens di tahun 1980 dan Gunung Pinatubo pada tahun 1991.
Bulan juga bisa berwarna merah darah.
Hal tersebut terjadi pada gerhana bulan total. Kala itu, Matahari, dan Bulan hampir sejajar dan Bulan berada di sisi Bumi yang berlawanan dari Matahari.
Saat Bulan bergerak menuju bayangan Bumi, cahayanya meredup secara dramatis tapi biasanya tetap terlihat, disinari oleh cahaya matahari yang melewati atmosfer Bumi.
Saat cahaya ini melewati gas di planet Bumi, porsi warna hijau dan violet filter tersaring lebih banyak daripada warna merah, sehingga hasilnya, warna yang mencapai permukaan Bulan terlihat dominan merah.
Pengamat di Bumi akan melihat Bulan yang berwarna bata, merah darah, atau kadang abu-abu gelap, tergantung kondisi permukaannya.
Advertisement