Liputan6.com, Pyongyang - Pintu itu terbuka, dan 7 perempuan melenggang memasuki lobi Hotel Koryo di Pyongyang. Ekspresi wajah mereka kosong.
Muka mereka pucat, tak bergincu atau pun pemerah pipi. Memakai jaket hitam dengan bros merah lambang patriotik.
Para perempuan itu berusia 20-an, mewakili warga Korea Utara yang paling dipercaya. Mereka datang dari keluarga terpandang dan dipilih untuk mewakili Korut dengan bekerja di luar negeri untuk mencari uang bagi pemerintahnya.
Advertisement
Di depan publik, mereka berbicara atas nama 'kolega' 13 pelayan yang membelot ke Korsel.Â
Baca Juga
Hingga awal bulan ini. Mereka tadinya bekerja sebagai pelayan di restoran yang dimiliki pemerintah di Kota Ningbo, Provinsi Zhejiang, di selatan China. Kini, rumah makan itu tutup dan kehidupan para perempuan tersebut jadi luar biasa membingungkan.
"Kami tak pernah meninggalkan orangtua kami, negara kami, bahkan pemimpin kami, Kim Jong-un. Tak satupun dari kami akan melakukan itu," kata pelayan bernama Han Yun-hui, sambil terisak-isak didampingi koleganya yang juga menangis.
Dilansir dari CNN, Kamis (21/4/2016), minggu lalu, Korea Selatan mengumumkan 12 perempuan dan 1 laki-laki dari Korut membelot setelah merasa tertekan oleh otoritas Korut. Mereka merasa keberatan karena harus mengirimkan uang yang didapat dari hasil kerasnya kepada pemerintah mereka.
Selain itu, Korsel lewat juru bicaranya mengatakan mereka merasa ditipu dengan realitas sebenarnya.
"Para pekerja itu mengatakan mereka tahu tentang realitas Korea Selatan lewat TV, drama, film dan internet," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Korea dari Korsel, Jeong Joon-he saat itu.
Namun, hal itu langsung disanggah oleh juru bicara Palang Merah Korut. Ia mengumumkan pembelotan grup itu adalah upaya penculikan pekerja Korea Utara. Demikian dilaporkan KCNA -- corong resmi Kim Jong-un.
Klaim 'Pelayan': Manajer Restoran Itu Penipu
Para pelayan yang berjumlah 7 orang itu diduga pekerja yang sama dari restoran Ningbo. Mereka lebih dahulu kembali ke Korut setelah rumah makan itu gulung tikar.
Mereka mengklaim, ini kali pertama ketujuh 'mantan' pekerja restoran Ningbo berbicara depan umum.
Ketujuh perempuan itu mengklaim manajer restoran itu telah menipu 12 rekannya saat meninggalkan China, berbohong tentang tujuan akhir mereka.
"Pada pertengahan Maret, manajer restoran kami mengumpulkan kami semua dan mengatakan kalau rumah makan ini akan dipindahkan ke suatu tempat di Asia Tenggara," kata kepala pelayan Choe Hye-yong.
Choe mengatakan tak lama kemudian, si manajer mengatakan kepadanya, sesungguhnya ia akan membawa serta membelot ke Korea Selatan. Saat itu, ia hanya punya waktu sedikit untuk memperingatkan teman-temannya.
"Mobil sudah menunggu kami saat itu," ujar Choe sambil menangis.
Para pelayan yang sudah tiba di Pyongyang itu mengklaim, manajer mereka dan seorang pebisnis Korsel yang mengkoordinasi perjalanan itu atas suruhan otoritas Seoul.
"Saya berpikir tentang kolega kami yang sudah ditipu dan diseret ke Korsel. Mereka pasti hidupnya akan sengsara," kata pelayan Han Yun-hui. "Hati kami menangis."
"Tolong kembalilah ke Korut. Pemimpin kita, Kim Jong-un meminta kalian kembali. Kami menunggu kalian, tak bisa tidur tak bisa makan," pinta Choe Hye-yong.
"Tolonglah bertahan sedikit lagi demi kemenangan, dan kembali ke negeri kita."
Tamparan Buat Kim Jong-un
Seoul bereaksi atas 'pengakuan' itu. Pernyataan kementerian unifikasi menyebutkan, "13 orang itu datang ke Korsel secara sukarela. Mereka melakukan itu tanpa bantuan dari luar."
"Karena kesukarelaan mereka untuk membelot, pemerintah kami menerima mereka atas nama kemanusiaan," lanjut pernyataan itu.
Apabila mereka benar membelot secara sukarela, ini akan menampar muka Kim Jong-un. Apalagi mereka diperbolehkan oleh China, 'sobat' terdekat Korut.
Di masa lalu, China tak segan mengembalikan para pembelot ke Korut kalau ketahuan ada di perbatasan. Namun, minggu lalu, juru bicara Menteri Luar Negeri Negeri Tirai Bambu, Lu Kang, membuat pernyataan tak lazim di depan publik terkait 13 pembelot itu.
"Setelah diselidiki, 13 warga Korea Utara itu keluar dari perbatasan China dengan paspor legal pada 6 April dini hari. Ini penting karena tak seperti pembelot lainnya, mereka ini punya dokumen pribadi dan masuk serta ingin keluar dari China secara legal."
Korut memiliki 130 restoran di luar negeri, kebanyakan di Asia. Staf yang bekerja biasanya dipilih dari keluarga yang setia kepada pemimpin rezim.
Restoran-restoran itu merupakan salah satu penghasil devisa utama bagi negeri yang mengisolasi diri tersebut.
Advertisement