Liputan6.com, Southampton - Beberapa penggali kubur menemukan peti mati dari timah yang di dalamnya terdapat rambut manusia dengan model kepang pada Oktober 1839. Benda tersebut kemudian disimpan di sebuah gereja Abbey Romsey di Hampshire, Inggris.
Pada tahun 2000, seorang anak bernama Jamie Cameron melakukan studi tour ke tempat tersebut dan dibuat sangat penasaran akan rambut kepang itu.
Baca Juga
20 Desember 1968: Pembunuh Berantai Misterius Zodiac Killer Bunuh Korban Pertamanya
17 Desember 1967: PM Australia Harold Holt Hilang Misterius Saat Berenang, Jasadnya Tak Pernah Ditemukan
Misteri Penembakan Bos Asuransi AS Brian Thompson: Foto Terduga Pelaku hingga Hadiah Rp158 Juta untuk Penangkapannya
Cameron yang saat ini berusia 23 tahun telah menyelesaikan sekolah di jurusan arkeologi di Cambridge dan Oxford University. Ia pun berusaha untuk memecahkan misteri rambut di dalam peti tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Seperti yang dikutip dari BBC, Minggu (24/4/2016), berdasarkan tempatnya ditemukan, banyak yang meyakini bahwa peti yang berisi rambut tersebut berasal dari zaman Saxon atau Roman.
Selain itu, terdapat beberapa teori yang menduga siapa sebenarnya pemilik rambut kepang itu. Seorang arkeolog yang membimbing Cameron, Frank Green, telah bertanya-tanya tentang misteri tersebut selama bertahun-tahun.
"(Kami selalu yakin) bahwa rambut itu milik seseorang dengan status tinggi karena terdapat peti luar yang terbuat dari kayu dan ada peti lain di dalamnya," ujar Green.
Selama beberapa tahun terdapat spekulasi yang mengatakan bahwa rambut tersebut merupakan milik orang yang dianggap suci yang biasa disebut dengan santo atau santa.
"Dua santa tersebut adalah St Morwenna yang merupakan kepala biarawati pertama di sini, dan St Ethelflaeda, santa pelindung," ujar seorang pendeta di Gereja Abbey Romsey, Tim Sledge.
"Dua santa tersebut sangat unik bagi Romsey. Keduanya adalah santa yang terkenal," tambahnya.
Rambut tersebut kemudian diserahkan kepada tim arkeolog Oxford Univeristy bernama Relics Cluster. Di Research Laboratory for Archaeology, Dr Thibaut Deviese meneliti residu berminyak yang terdapat di benda bersejarah itu dengan menggunakan kromatografi gas spektrometri massa (GCMS).
"Tampaknya berdasarkan analisis, terdapat getah pinus di rambut orang ini," ujar Devise. Cameron juga menambahkan ada kemungkinan getah tersebut berasal dari luar negeri.
"Kami tak bisa mengatakan apakah itu ada hubungannya dengan ritual penguburan atau perawatan rambut selama hidup," ujar Cameron.
Berdasarkan penelitian menggunakan penanggalan radiokarbon -- untuk mengetahui pada tahun berapa sang pemilik rambut itu hidup-- ditemukan kemungkinan tahun kematiannya.
"Berdasarkan pengujian menggunakan penanggalan radiokarbon, kami menduga bahwa bahwa benda tersebut berasal di pertengahan zaman Saxon," ujar Cameron.
Kemungkinan sebesar 68,2 persen mengungkap, kematiannya terjadi antara tahun 965 dan 1045. Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa sang pemilik rambut kemungkinan besar mengonsumsi protein yang berasal dari laut.
"Fakta bahwa pemilik rambut ini telah melakukan diet makanan laut sangat memungkinkan bahwa ia merupakan anggota keluarga biarawan," ujar arkeolog penasihat, Frank Green.
"Aku rasa banyak orang mengira bahwa rambut itu merupakan milik Santa Ethelfaeda," ujar Green.
Namun penelitian tersebut belum cukup memastikan siapa sebenarnya pemilik rambut tersebut.
"Ada kemungkinan untuk dilakukan tes DNA pada penelitian yang akan datang," ujar Cameron.
Selain itu, karena gaya rambut yang terus berubah di setiap zaman, tak menutup kemungkinan pemilik rambut itu merupakan seorang laki-laki.