Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyampaikan peringatan keras kepada Korea Utara pada Selasa, 26 April 2016. Ia mengatakan bahwa pemimpin Korut, Kim Jong-un, labil dan tak bertanggungjawab.
Obama juga mengatakan, persenjataan nuklir Amerika Serikat dapat dengan mudah menghancurkan Korea Utara.
Baca Juga
Sementara itu Kim Jong-un mengklaim telah menguji rudal kapal selam pada Sabtu, 23 April 2016. Sebuah foto menunjukkan terdapat rudal yang muncul dari dalam laut, walaupun belum ada konfirmasi tentang kebenaran hal tersebut.
Advertisement
Korea Utara diduga telah memiliki 6 hingga 8 hulu ledak yang dapat dipasang pada rudal. Jika negara tersebut memiliki sistem rudal kapal selam sempurna, kemungkinan mereka dapat meluncurkan serangan nuklir ke AS.
Baca Juga
Terhadap ancaman oleh Korea Utara yang ditujukan kepada pemerintah AS, Obama pun memberi ancaman.
"Kami dapat, jelas, menghancurkan Korea Utara dengan persenjataan kami," kata Obama dalam wawancara dengan CBS News.
"Namun di samping biaya kemanusiaan (yang dapat ditimbulkan) dari itu, mereka tepat berada di sebelah sekutu penting kami (Korea Selatan)," tambahnya.
Seperti dikutip dari The Telegraph, Rabu (27/4/2016), Obama juga mengatakan bahwa Amerika telah meningkatkan pertahanan rudalnya.
"Salah satu hal yang telah kami lakukan adalah dengan menghabiskan lebih banyak waktu memposisikan sistem pertahanan rudal kami, sehingga saat kami mencoba untuk menyelesaikan masalah pengembangan nuklir di Korea utara, kami juga sedang menyiapkan pertahanan yang setidaknya memblokir ancaman yang mereka (Korut) tampakkan sekarang," jelas Obama.
Korea Utara diyakini hanya memiliki satu kapal selam yang dapat meluncurkan rudal. Alat tersebut dinilai tak sepadan dengan kapal selam yang dapat meluncurkan nuklir milik Angkatan Laut AS.
AS juga mendapat ancaman kembali dari Korea Utara. Saat ini Korut  sedang melanjutkan pengembangan rudal balistik antar benua, Taepodong-2. Setelah disempurnakan, diduga misil tersebut dapat melakukan serangan nuklir di daratan Amerika.
Menanggapi hal tersebut, AS telah membuka dialog formal dengan Korea Selatan untuk menempatkan Terminal High Altitude Area Defence System (THAAD) di negara tersebut, karena tetangganya, Korea Utara, telah menjalankan 4 kali uji nuklir.
Penempatan THAAD di Korea Selatan diyakini akan mengubah keseimbangan militer di Asia Timur. Sistem tersebut akan menyediakan perlindungan terhadap bahaya nuklir Korea Utara, namun juga ancaman China.
Beijing dengan tegas menentang dengan keras pengenalan pertahanan rudal di Asia Timur. Negara tersebut takut bahwa hal itu akan mengurangi potensi pencegahan nuklir miliknya.
AS menggunakan momen THAAD menjadi salah satu tekanan kepada China untuk mengekang ambisi Korea Utara. Beijing menjadi satu-satunya sekutu sejati Korea Utara dan negara tersebut hampir sepenuhnya bergantung pada bantuan China.
Namun, akhir-akhir ini China telah menunjukkan sinyal kegusarannya dengan Korea Utara. Negara tersebut telah mengkritik tes nuklir yang dilakukan Korut. Tiongkok juga mempersilahkan PBB melakukan Resolusi 2270, yang memberikan sanksi ketat terhadap Korea Utara bulan lalu.
Namun Korea Utara terus mengembangkan senjata nuklir dan menunjukkan bahwa China tak berpengaruh besar.