Sukses

Hiu Glow in The Dark, Berpendar Hijau di Dalam Air

Ilmuwan temukan dua spesies hiu yang dapat memijarkan warna hijau terang. Lalu, bagaimana prosesnya?

Liputan6.com, New Brunswick - Untuk yang pertama kalinya, para ilmuwan menemukan beberapa kelompok hiu menggunakan biofluoresensi atau cahaya pijar untuk berkomunikasi dengan hiu lainnya.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature tersebut, menemukan bahwa dua spesies hiu, yaitu jenis chain catshark dan swell shark dapat menyerap sinar biru samudra.

Hewan tersebut kemudian memancarkan sinar biru dalam panjang gelombang energi lebih rendah, dan menghasilkan kulit Glow in the Dark alias bersinar hijau terang dalam kegelapan.

Penulis utama dari penelitian tersebut, Dr David Gruber, mengungkap bahwa ia mengetahui proses biofluoresensi karang, namun tak menyadari bahwa hal itu juga dapat ditemukan pada hiu.

"Hal ini nampak seperti novel science fiction," ujar Gruber kepada News Corp Australia.

"Pada 2014, kami mempelajari biofluoresensi pada karang dan secara tak sengaja kami melihat belut memijarkan warna hijau. Setelah itu kami melakukan ekspedisi dan menemukan 180 spesies ikan yang berpijar," jelasnya.

Gruber dan timnya kemudian menemukan hiu jenis cat sharks dan swell sharks yang hidup di kedalaman 500 meter dari permukaan laut, di mana sinar matahari memproduksi sinar biru.

Dikutip dari News.com.au, Kamis (28/4/2016), pigmen di dalam kulit hiu yang belum teridentifikasi itulah yang kemudian memancarkan kembali cahaya berwarna hijau terang.

Proses tersebut berbeda dengan bioluminesensi, di mana hewan atau makhluk hidup lain memproduksi cahayanya sendiri akibat beberapa reaksi kimia.

Ubur-ubur jenis Lobate ctenophores yang dapat mengalami proses bioluminesensi (reed.edu)

Para ilmuwan menemukan bahwa hiu tersebut memiliki satu pigmen penglihatan untuk mendeteksi warna, di mana mereka melihat warna pada spektrum biru-hijau. Berbeda dengan manusia yang melihat benda pada merah, biru, dan hijau.

Setelah melakukan beberapa kali penyelaman, tim tersebut menciptakan kamera yang dibuat layaknya mata hiu. Tujuannya untuk meniru bagaimana hewan itu melihat di bawah air.

Ketika menggunakan kacamata tersebut, hiu terlihat memancarkan warna hijau terang.

Para peneliti juga menemukan bahwa hiu jantan dan betina menunjukkan pola pijar berbeda. Diduga, berpendarnya warna sebagai sinyal untuk kawin.

Jenis hiu yang melakukan biofluoresensi atau berpijar dengan warna hijau terang (David Gruber)

Penelitian ini memperluas wawasan kita tentang hiu, karena sebelumnya hanya diketahui bahwa mereka bergantung pada indra penciuman, pendengaran, dan sinyal elektrik untuk mendukung aktivitasnya.

"Hiu hanya memiliki satu pigmen penglihatan dan hal itu membuatnya lebih mudah (untuk diteliti). Kura-kura lebih sulit karena mereka memiliki penglihatan yang lebih rumit dari manusia," ujar Gruber.

"Apa yang sebenarnya aku harapkan adalah, hal tersebut akan mendekatkan kita terhadap keluarga ini. Kita muncul dari laut pada 200 juta tahun lalu... belum lama manusia kembali ke bawah air, hanya beberapa ratus tahun, jadi nampaknya terdapat banyak rahasia untuk diungkap," tambahnya.