Liputan6.com, Leipzig - Dahulu kala, tepatnya 500 ribu tahun lalu, seekor hyena memangsa jasad salah satu nenek moyang manusia generasi awal.
Lebih spesifik, hewan itu mengunyah tulang paha milik individu yang berasal dari spesies prasejarah, Homo rhodesiensis -- yang dianggap nenek moyang manusia juga Neanderthal.
Bagian jasad manusia yang telah membatu tersebut ditemukan di sebuah gua yang kini terletak di pinggiran Casablanka, Maroko -- area yang dikenal banyak mengandung fosil.
Tulang femur atau tulang paha itu ditemukan di lapisan sedimen yang usianya diketahui mencapai setengah juta tahun.
Keberadaannya terungkap dalam ekskavasi pada 1994, namun baru ditemukan kembali pada satu dekade kemudian.
"Tulang itu rusak, hancur, dan dikunyah," kata Jean-Jacques Hublin dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (30/4/2016).
Baca Juga
Dengan kondisinya yang rusak tersebut, tulang itu tak segera diidentifikasi sebagai fosil manusia generasi awal. "Baru pada pandangan kedua kami melihatnya sebagai tulang paha manusia," kata dia.
Tim kemudian melakukan analisis dari bekas gigitan, yang teramati di kedua ujung tulang. Hal itu dilakukan untuk memahami dengan lebih baik nasib nenek moyang kita tersebut.
Advertisement
Dimensi dari bekas gigitan menunjukkan, pelakunya adalah hewan karnivora besar.
Bukti fosil menunjukkan, gua tempat tulang itu ditemukan juga menjadi sarang dari kerabat hyena yang sudah punah -- meskipun tidak pada saat yang sama ketika manusia purba menduduki liang itu.
"Diduga, hewan tersebut digunakan oleh manusia dan karnivora, sehingga ada kedekatan fisik antara dua kelompok tersebut," kata Hublin.
Dengan mempertimbangkan bukti-bukti itu, masuk akal bahwa hyena kuno menjadi penyebab kerusakan. Demikian kesimpulan para ahli yang dimuat dalam jurnal PLOS ONE.
Formasi keretakan tulang juga konsisten dengan kerusakan yang disebabkan hyena, demikian menurut pemimpin studi Camilla Daujeard dari Museum Sejarah Alam di Paris, Prancis.
Manusia Jadi Santapan Hyena?
Sejauh ini, para ilmuwan belum menyimpulkan apakah nenek moyang manysia diserang dan terbunuh oleh hyena sebagai predator atau korban meninggal akibat sebab lain dan kemudian jasadnya menjadi mangsa hyena.
"Keberadaan bekas gigitan pada jasad manusia belum cukup untuk menunjukkan adanya kegiatan memangsa," kata Daujeard.
Apapun, itu adalah penemuan yang mengejutkan. Khususnya, hanya sedikit fosil yang memiliki bukti bahwa nenek moyang kita menjadi mangsa hewan karnivora.
"Meski kompetisi pada masa Pleistosen Tengah (Middle Pleistocene) berlangsung sengit, namun hanya sedikit bukti terkait adanya konfrontasi langsung, yang menyebabkan kerusakan tulang serius atau mematikan," kata Daujeard.
Sementara itu, Hublin menambahkan, manusia ibaratnya adalah 'hewan langka'. Seekor hyena atau kucing besar lebih mungkin memangsa binatang lain.
Apalagi, H. rhodesiensis termasuk manusia canggih, yang telah menggunakan peralatan yang rumit. Mereka menggunakan timbak yang berat dan kapak tangan untuk menyerang dan membunuh binatang dari era Pleistosen Tengah -- termasuk hyena.
Daujeard mengatakan, temuan terbaru menunjukkan, dengan memanfaatkan hewan berbahaya sebagai sumber makanan akan menjadi strategi yang baik bagi kelangsungan hidup manusia.
Dengan demikian, manusia secara bersamaan bisa menyediakan sumber makan dan mengurangi ancaman.