Sukses

Obama 'Ledek' Donald Trump di Jamuan Makan Malam Gedung Putih

Obama adalah politisi AS yang mampu membuat lelucon sarkasme.

Liputan6.com, Washington, DC - Barack Obama terkenal sebagai Presiden AS yang paling sering melontarkan guyonan di tengah-tengah pidatonya. Hal itu menjadi andalannya untuk mencairkan ketegangan yang ia lakukan semenjak menjadi senator di Chicago. Kebanyakan leluconnya adalah menyentil dirinya sendiri hingga lawan politiknya.

Kali ini, Obama mendapatkan kesempatan sekali lagi untuk melakukan 'standup comedy' menjelang akhir masa jabatannya. Ini adalah pidato tahunan terakhir baginya di White House Correspondent's Dinner.

Untuk pidato terakhir di makan malam resmi yang dihadiri para jurnalis serta politisi, pada Sabtu 30 April 2016, topik yang membuat para undangan tertawa adalah Donald Trump, calon kandidat capres dari Partai Republik.

"Kita tak berhenti sampai di sini! Ayo dong! Saya agak sedikit tersinggung dia tak ada di sini," guyon Obama seperti dilansir dari News.com.au

"Partai Republik benar-benar membuat kejutan dengan Donald Trump sebagai nominasi kandidat AS berikutnya. Luar biasa! Padahal mereka mengatakan Donald tak punya pengalaman di kebijakan luar negeri untuk jadi presiden," sindir Obama.

Sebelumnya, Trump mengeluarkan paket kebijakan internasional kalau ia terpilih jadi presiden dan mencela kebijakan Obama yang dianggap bencana.

"Tapi, kita harus adil, dia itu telah menghabiskan pengalaman bertahun-tahun bertemu dengan pemimpin seluruh dunia, ... Miss Swedia, Miss Argentia dan Miss Azerbaijan," lanjut Obama diiringi tepuk tangan para undangan.

"Dan satu lagi pengalaman Donald yang mungkin berharga yaitu penutupan Guantanamo karena Trump tahu satu atau dua tentang properti," tambah Obama lagi.

Obama menutup 'pukulannya' terhadap Donald Trump dengan mengkritik media yang terlalu banyak memberikan porsi berita kepada miliader nyentrik itu.

"Saya tak mau menghabiskan waktu saya untuk Donald. Karena dari awal kita tahu, ia terlalu banyak diberikan panggung oleh media yang seakan ia seorang kandidat serius. Saya harap Anda semua bangga terhadap diri Anda sendiri," sindir Obama.

Pidato jamuan makan malam tahunan itu dihadiri oleh kandidat Demokrat Bernie Sanders, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan pejabat tinggi lainnya. Beberapa artis Hollywood terkenal seperti Will Smith, Jared Leto, dan Rachel McAdams juga hadir.

2 dari 2 halaman

Siapa Paling Akhir Tertawa?

Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan Obama sangat menikmati kesempatan berbicara di acara itu. Karena selama ini menjelang lengser, suami dari Michelle itu kerap berpidato masalah serius. Namun, malam itu ia tampak santai dan bebas memberi guyonan kepada tamu yang hadir.

BBC mencatat Obama kerap melontarkan guyonan terhadap situasi genting politik AS selama ia menjabat jadi Orang Nomor Satu di Negara Paman Sam itu.

Pada 2015, Obama memberi sindiran konyol terhadap para konservatif dan usaha mereka memblokir dirinya selama 2 tahun jadi presiden.

"Mantan perwakilan Partai Republik memprediksi nasib saya akan seperti hari akhir di Injil," kata Obama sambil menggelengkan kepala. "Well, ternyata itu jadi nasib dirinya sendiri."

Saat pemilihan kongres tahun 2014 berlangsung panas dan popularitas Obama anjlok sementara Partai Demokrat khawatir akan membawa efek negatif, Obama merespons santai.

"Sasha (anak bungsunya) butuh pembicara di Career Day dan dia memilih Bill Clinton," ucap Obama saat popularitasnya menurun. "Dan saya agak sedikit sakit hati," lanjutnya santai.

Pidato Makan Malam Tahunan ini adalah salah satu warisan Obama yang kelak harus dilanjutkan oleh presiden AS berikutnya.

Hal itu dikarenakan, selama bertahun-tahun, Obama mencela presiden AS yang kaku dan formal di jamuan makan malam. Obama menekankan 'aksinya' ini pantas dilestarikan karena seharusnya seorang presiden AS mampu mencerna apa itu sarkasme.

Kendati makan malam diwarnai suasana hangat, CNN memberi peringatan dalam editorialnya kepada guyonan Obama kali ini, yakni: "meski Donald Trumpmemberikan efek buruk dan konyol terhadap Partai Republik, ini terlalu dini untuk mengatakan siapa orang yang paling akhir untuk tertawa..."