Liputan6.com, Jakarta - Seorang pencari suaka Somalia nekat membakar dirinya di sebuah pusat penampungan di lepas pantai Australia, di pulau Pasifik, Nauru. Insiden yang dilakukan perempuan berusia 21 tahun itu, kurang dari sepekan setelah para pembela pengungsi mengatakan dia akan dikembalikan ke negaranya.
"Wanita yang disebut oleh para pembela pengungsi sebagai Hodan Yasin, saat ini berada dalam kondisi kritis. Dia telah dipindahkan ke Australia untuk perawatan medis," kata Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton seperti dikutip dari BBC, Selasa (3/5/2016).
Baca Juga
Â
Pada hari Minggu 1 April waktu setempat, pengungsi lainnya, Omid, meninggal di sebuah rumah sakit di Australia setelah membakar diri sendiri di Nauru dua hari sebelumnya di hadapan pejabat PBB.
Advertisement
Menurut para kritikus, aksi menyakiti diri sendiri para pengungsi itu mencerminkan keputusasaan mereka hidup di bawah kebijakan imigrasi yang kontroversial di Australia.
Berdasarkan kebijakan tersebut, para pencari suaka yang tiba di pantai Australia dengan perahu diberitahu mereka tidak akan pernah menetap di negara itu. Lalu akan ditransfer ke pusat-pusat penampungan terpencil di pulau-pulau Pasifik di Nauru dan Papua Nugini.
Ratusan orang, termasuk anak-anak, telah hidup selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun di pusat penahanan tersebut.
"Pemerintah Australia tidak akan mengabaikan kebijakan yang dirancang untuk menghentikan kapal pengungsi datang ke pantai dan pencari suaka tenggelam di laut," ujar Dutton.
Menteri Imigrasi Australia, Richard Marles mengatakan pemerintah harus mengamankan negara ketiga yang layak untuk para pengungsi. Dia mengatakan, kebijakan pemerintah saat ini membuat orang putus asa dan tanpa harapan.
"Kami sedih para pengungsi mencoba tindakan mengerikan seperti dalam rangka upaya untuk mempengaruhi kebijakan imigrasi Pemerintah Australia," ungkap pemerintah Nauru dalam sebuah pernyataannya.