Liputan6.com, Washington DC - Sejak peristiwa serangan 11 September 2001 yang mengakibatkan runtuhnya gedung WTC di New York City, Amerika Serikat makin memperketat pengamanannya, khususnya untuk mengantisipasi terorisme.
Namun, pada tahun ini kematian di AS yang disebabkan oleh balita lebih tinggi daripada aksi terorisme. Lalu, bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Tahun lalu, analisa yang dilakukan Washington Post menemukan bahwa balita yang tak sengaja menemukan senjata api dan menembak orang lain terjadi satu kali setiap minggunya.
Advertisement
Baca Juga
Sejak 1 Januari 2016, setidaknya terjadi 23 penembakan yang tak sengaja dilakukan balita. Dalam sebagian besar kasus, mereka tak sengaja menembak dirinya sendiri. Peristiwa itu terjadi 18 kali sejak awal tahun hingga saat ini dan 9 di antaranya mengakibatkan tewasnya bocah malang tersebut.
Dikutip dari Washington Post, Rabu (4/5/2016), sementara 5 kasus balita yang secara tak sengaja menembak orang lain lainnya, dua diantaranya menyebabkan kematian.
Kasus pertama, Februari 2016, dilakukan oleh seorang balita laki-laki berusia 3 tahun yang tak sengaja menembak kakaknya (9 tahun) hingga tewas.
Peristiwa lainnya terjadi pada minggu lalu, di mana seorang balita asal Milwaukee tak sengaja menembak ibunya hingga tewas dengan senjata api yang ditemukannya di kursi belakang mobil.
Hal tersebut mengejutkan, mengingat tak ada satu pun kasus penembakan yang dilakukan teroris di AS mulai dari 1 Januari hingga 1 Mei 2016.
Sebuah kelompok pengontrol keamanan penggunaan senjata api, Everytown for Gun Safety, menemukan sedikitnya 77 kasus anak-anak berusia kurang dari 18 tahun secara tak sengaja menembak orang lain.
Berdasarkan data, Georgia merupakan lokasi kasus penembakan oleh balita tertinggi sejak Januari 2015. Di tempat kedua terdapat Texas dan Missouri dengan masing-masing 7 kasus, sedangkan Florida dan Michigan berada di posisi ke empat (6 kasus).
Missouri dan Georgia merupakan negara bagian yang cukup longgar dalam mengatur bagaimana senjata api disimpan untuk menghindari akses oleh anak-anak. Namun, New York yang tak memiliki peraturan tersebut, justru hanya memiliki 1 kasus penggunaan senjata api oleh balita sejak 2015.
Karena hal tersebut, diperkirakan terdapat faktor lain yang mengakibatkan balita dapat mengakses senjata api. Salah satunya adalah faktor norma, di mana beberapa wilayah memiliki kasus penembakan lebih banyak sehingga menyebabkan orang- orang menganggap sesuatu yang wajar.
Kasus tersebut hingga sekarang masih menjadi teka teki besar. Upaya pemecahan masalah tersebut makin dipersulit oleh upaya Kongres untuk membatasi jenis pistol yang boleh diteliti oleh lembaga seperti Centers for Disease Control and Prevention.