Sukses

Terkuak, Rahasia Rambut 'Kinclong' Suku Terpencil di Tiongkok

Sebuah desa terpencil di wilayah Guangxi, Tiongkok merupakan rumah bagi para wanita berambut panjang selama berabad-abad.

Liputan6.com, Guangxi - Rambut bak mahkota perempuan. Kalimat itu tentunya sudah sering kali dilontarkan banyak orang. Namun, apa rahasia di balik rambut panjang, berkilau dan mempunyai akar yang kuat?

Ternyata kunci ampuhnya dimiliki oleh penduduk lokal sebuah desa kuno di Tiongkok, Huangluo. 

Sebagian besar wanita etnis Yao di desa yang berada di dalam wilayah Guangxi ini mempunyai rambut yang sangat panjang, berkilau dan jarang beruban. 

Melansir dari Al Jazeera, Area yang akhirnya dijuluki ‘Long Hair Village’ atau desa para orang berambut panjang ini dipenuhi dengan penduduk wanita yang panjang rambutnya melebihi 1,4 meter. 

Keunikan ini tentunya menyedot perhatian masyarakat dunia hingga Guiness Book of Records pun sempat menobatkan desa ini sebagai lokasi dengan para wanita berambut terpanjang di dunia. 

Para wanita di desa Huangluo, Guangxi, Tiongkok mempunyai rambut terpanjang di dunia yang hingga kini menjadi tradisi (sumber: Chinahighlights.com)

Dari generasi ke generasi, wanita Yao ini menggunakan air sisa menanak nasi atau tajin untuk mencuci rambut mereka. Selama berabad-abad teknik ini terbukti mampu menciptakan rambut panjang yang indah -- yang pantas para putri kerajaan zaman dahulu. 

Menurut hasil penelitian yang dimuat dalam Daily Health Post, air bekas memasak nasi tersebut mengandung antioksidan, mineral dan Vitamin E yang mampu meningkatkan elastisitas dan kondisi rambut sehat.

Selain itu air beras juga kaya akan inositol, salah satu kandungan dari karbohidrat yang mampu melindungi rambut dari kerusakan dan memperbaiki kerusakan yang sudah ada. 

Terlebih, kandungan amino acid dal am air beras berperan sebagai penguat akar rambut dan pemulus bagian luar rambut sehingga kelihatan bersinar. 

Para wanita di desa Huangluo, Guangxi, Tiongkok mempunyai rambut terpanjang di dunia yang hingga kini menjadi tradisi (sumber: Karen Thorburn Photography))

Seperti yang diberitakan Daily Mail, para wanita di desa ini memotong rambut hanya sekali seumur hidup yaitu ketika mereka menginjak usia 18 tahun. Potongan rambut diserahkan kepada nenek mereka. Ketika mereka menikah nantinya, potongan rambut itu akan dikembalikan. 

Ini merupakan hal simbolik yang sudah mendarah daging dalam kultur di Desa Huanglo. Rambut panjang merupakan hal yang paling berharga bagi mereka karena dianggap membawa keberuntungan, umur panjang, kemakmuran dan kekayaan.